Kitab Wahyu
Pasal 11
“Membangun kembali bait suci”
Injil mengatakan bahwa bait Allah ketiga akan dibangun di Israel
Yang Pertama tekah dibangun Raja Salomo, anak raja Daud dan telah
dihancurkan oleh Nebukadnezar saat ia menginvasi Israel pada tahun 586
SM. Bait Allah yang kedua dibangun oleh Zerubabbel antara tahun 520-516
SM. Bait Allah ini yang berdiri pada saat Yesus datang Ke dunia.
Markus 13:1-2
13:1Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata
kepada-Nya: “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa
megahnya gedung-gedung itu!”
13:2Lalu Yesus berkata kepadanya: “Kau lihat gedung-gedung yang hebat
ini? Tidak satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain,
semuanya akan diruntuhkan.”
38 tahun kemudian, Titus datang dengan tentara Romawinya dan membakar
bait suci dan selama kebakaran ini, semua emas dan perak di bait suci
ini meleleh dan menempel di dinding bait Allah.
Dengan keinginan untuk mendapatkan Emas dan perak, setiap prajurit roma
membawa batu dinding atau tembok dari bait suci Allah yang menempel emas
dan perak yang meleleh akibat kebakaran. Sehingga, seperti yang
dikatakan Yesus; “tidak ada satu batupun yang akan tinggal diatas batu
yang lain.”
Seperti yang dikatakan dalam nubuatan injil,bahwa bait Allah ketiga
akan dibangun menjelang kiamat diawal 7 tulah atau malapetaka selesai
dilaksanakan atau 7 tahun masa kesukaran.
Dalam Pasal 11 dari kitab Wahyu, kita lihat rasul Yohanes di suruh
bangkit dan mengukur bait suci dan mengukur bait suci yang ketiga.
Ini sangat menarik, karena dalam Pasal 12 dan juga dalam 2
Tesalonika, kita dengan jelas mendapat penjelasan tentang ini. Bahwa
awal mula penderitaan dan masa kesusahan, bait Allah ketiga harus sudah
dibangun di Yerusalem.dan itu adalah bait Allah ketiga
Dalam Kitab 2 Tesalonika, Antikris, yang adalah penguasa seluruh
dunia yang akan masuk bait Allah yang baru dalam statusnya sebagai
penguasa dunia dan menyatakan bahwa dia adalah Allah.
dalam 2 Tesalonika 2:2-3
2:2supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh,
maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah
hari Tuhan telah tiba.
2:3Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang
bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad
dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,
Mari kita ikuti Gambaran Rasul Yohanes dalam Wahyu 11:
Wahyu 11
Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur
rupanya, dengan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci
Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.Tetapi
kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau
mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”
(wahyu 11:1-2)
Ini adalah Perkataan yang sangat menakjubkan yang dikatakan Allah
lewat Rasul Yohanes dimana kita hidup sekarang dan menantikan bahwa bait
Allah ketiga akan dibangun
Wahyu ini di tulis tahun 90 M lebih dari 1900 tahun yang lalu dan
Nubuatan ini berkata pada saat Bait suci ketiga sudah dibangun. Jadi,
dengan kata lain, Nubuatan ini bisa terjadi jika bait suci Allah yang
ketiga sudah dibangun. Pada saat Rasul Yohanes menulis ini (pada thn 90
M) bait Allah sudah hancur tahun 70 M oleh titus dan tentara Roma. Rasul
Yohanes melihat Bait suci yang akan datang atau bait suci Allah yang
ketiga.dan sebagai catatan bahwa Bait Allah tidak akan dibangun sampai
awal 7 tahun masa kesusahan
Tetapi untuk membangun bait Allah ketiga, kita mendapat sedikit
kesusahan dengan berdirinya bangunan Islam “ Dome of The Rock ”, Tepat
di posisi bait suci di Yerusalem.
Bagaimana Rasul Yohanes dapat mengetahui 1900 tahun lalu, bahwa ada bangunan lain yang berdiri diatas bait suci Yerusalem,
jika kita memikirkan tentang itu, ini diluar kemampuan Yahudi
Fundamental untuk menulis seperti ini. Bahwa bangunan itu akan berdiri
dan dibiarkan berdiri (wahyu 11:2)
dan itu di tulis 1900 tahun lalu dan Yohanes melihat ini sudah berdiri
berdampingan anatara Dom Of rock dan bait suci Yerusalem. Bagaimana
Manusia dapat menulis seperti ini.
sekali lagi kita hidup sekarang untuk menantikan nubuatan Allah ini
bener–benar terjadi. Dan kalau Nubauatan ini benar – benar terjadi,
”saudara, jangan keraskan hati anda untuk mengabaikan panggilan Allah”.
”kita mungkin sering mengabaikan Allah tetapi, jangan sampai Allah
mengabaikan kita, sekali saja”
Kepada yohanes diberikan sebatang “bulu” untuk mengukur
Ia beranjak dan mengukur bait suci Allah dan dikatakan untuk tidak
mengukur pelataran bait suci sebelah luar sebab mereka telah diberikan
kepada bangsa-bangsa asing.
Yehezkiel 40:5, Yehezkiel melihat tembok keliling bait suci Allah
Yehezkiel 40:5
Lihat, di luar bangunan itu ada tembok, seluruh keliling bangunan itu.
Dan di tangan orang itu ada tongkat pengukur, yang panjangnya enam
hasta. –Hasta ini setapak tangan lebih panjang dari hasta biasa–. Ia
mengukur tembok itu, tebalnya satu tongkat dan tingginya satu tongkat.
Bait Allah akan dibangun kembali di Yerusalem pada hari-hari terakhir menjelang kedatangan Yesus.
Sebagaian pekerjaan seperti konstruksi dan penyempurnaan bangunan
dimulai di awal masa kesusahan selama 7 tahun tersebut. dan Antikris
memperkenalkan dirinya dan antikris ini membuat dunia bertekuk lutut
dibawah kakinya selama 3 ½ tahun. Kita percaya bahwa masa damai ini
adalah masa damai antara Israel dan bangsa-bangsa arab. Penting untuk
diketahui adalah mereka yang paling susah berkompromi dan selalu
berkesan eksklusif sekarang, Seseorang harus bisa mendamaikan antara
bangsa-bangsa arab dengan Israel sekarang.
Untuk Perdamaian dengan bangsa arab, Israel akan melakukan usaha agar
mereka mendapat izin untuk membangun Bait Allah mereka yang ketiga.
(aneh, rumah nenek moyang mereka dari zaman nabi-nabi, mereka harus
minta ijin segala untuk membangun di sana)
Bangsa Arab-Palestina ingin merdeka dan memiliki Negara sendiri dan
yang menjadi masalah adalah tanah ini diberikan Tuhan kepada Abraham
pada kejadian 12.
Kejadian 12: 7: ”………….. ”Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.”……….
Tuhan mengatakan Tanah itu akan menjadi milik Israel selamanya. Sebagai
Orang kristen kita harus sadar bahwa Tuhan tidak akan mengizinkan tanah
yang sudah dijanjikan kepada Abraham diberikan kepada bangsa lain.
”Sebab lebih mudah langit dan bumi ini runtuh daripada satu perkataan
Allah tidak terjadi, dan apalagi itu adalah janjinya kepada Abraham yang
pasti ditepati.” ini Tuhan yang berjanji kepada Abraham, pasti akan di
tepati.
Saat ini aktivitas di Israel meningkat terkait rencana pembangunan bait Allah ke 3
Beberapa grup dan organisasi seperti ”The Temple Mount Faithful”
terus meningkatkan kerja mereka untuk membangun kembali bait suci Allah
ke 3. Bahkan bangsa Yahudi telah mempersiapkan tata cara pengorbanan
seperti pada bait suci lama (1 dan 2). Beberapa group lain berusaha
membangun Bait Allah ketiga dengan jalan damai dan kompromi sedangkan
yang lain berusaha untuk menghancurkan “Dome Of The Rock”
Dr. Asher Kaufman telah meniliti di lokasi bait suci dan mempelajari Dokumen selama bertahun
Dia mengatakan bahwa lokasi asli bait suci adalah 322 feet ke utara
dari “dome Of the Rock”. Jika anda melihat, disana ada sebuah batu datar
dalam banguan yang kecil yang disebut “dome of the spirit” atau juga
“dome of the tablets”. Dr. Kaufman percaya bahwa inilah tempat yang maha
suci dan kudus dari bait Allah dari bait Allah pada masa Salomo.
Mengkuti illustrasi dan gambaran lokasi bait suci sekarang, Dengan
“Dome Of The Rock” dan bait Allah ke 3 akan dibangun disebelahnya.
Ilustrasi berikut menunjukan area sekitar bait suci Yerusalem. Anda
dapat melihat bahwa area yang terbuka dari kubah emas “Dome Of The Rock”
ke sebelah utara, bahwa ada jarak diantara bangunan Islam ini untuk
membangun bait suci Allah yang ketiga.
Garis biru pada gambar diatas menunjukan bahwa Tembok akan dibangun
untuk memisahkan antara bait suci Allah dengan “Dome Of The Rock”dan
memisahkan keduanya seperti yang dikatakan (wahyu 11:2). dan itu bukan area di luar bait suci yang telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain.
Ada satu fakta menarik jika bait Allah ketiga dibangun kembali dimana
jalur timur-barat dari dome Of tablets akan berhadapan langsung dengan
Pintu Gerbang Kuno dibagian Timur lokasinya dibawah pintu bagian selatan
yang digunakan sekarang
Kita tahu bahwa Bait suci asli menghadap ke pintu gerbang bagian timur
Foto ini diambil dari bukit Zaitun, terlihat pintu gerbang bagian
timur dengan bait suci Yerusalem dibelakangnya. “Dome Of spirits” yang
adalah tepat kudus dari Bait suci asli zaman salomo dengan anak panah
merah pada gambar di bawah ini.
Jika bait suci Allah sudah dibangun,dan jika anda berdiri di bukit
Zaitun dan lihat melewati lembah menuju bait suci yang baru ke arah
pintu gerbang timur (yang disebut juga Shushan atau Gerbang Hakohan) dan
meluaskan pandangan (ke arah dome of the rock) dan melihat bahwa semua
pintu gerbang memiliki tinggi yang berbeda-beda dengan pengaturan yang
sempurna.
Gambar berikut menunjukkan Bait suci, dengan bangunan Islam “Dome Of
the Rock” dengan illustrasi bangunan baru bait Allah sudah dibangun dan
mungkin terlihat seperti ini.
Dengan jalan masuk menuju bait suci adalah pintu gerbang sebelah timur:
Semua tembok yang mengeliling Yerusalem adalah tembok yang tinggi,
kecuali tembok disebelah timur. Hal ini di maksud supaya, yang
mengorbankan sapi atau hewan korban dapat melihatnya dari bukit Zaitun
melewati pintu gerbang sebelah timur selama hari penebusan [Mishnah,
Middot 2:4]
that the east-west line aligning the Mount of Olives with the Eastern
Gate and the Temple bisect on a small shrine called the Dome of the
Spirits.
Lokasi tempat paling kudus atau pusat kaabah telah diketahui yaitu
tempat dimana berdirinya dome of the Spirits. Dr. Kaufman menulis bahwa
batu datar didalam dome of the spirits hanya muncul di bait suci –
Tongkat untuk mendorong Tabut perjanjian pada bait suci yang pertama,
yang modelnya juga dibangun pada bait suci kedua.
Lantai disekitar “Dome of the rock” sudah di paving (di aspal). Ini
adalah “Eben Shetiyyah” (Fondasi batu) yang adalah lantai dasar pada
tempat suci kuno. seperti yang ditulis:
Dr. Asher Kaufman, Biblical Archeology Review, Vol IX No.2, Mar./Apr.
1983, Where the Ancient Temple of Jerusalem Stood, Extant “Foundation
Stone” for the Ark of the Covenant Is Identified
“JUST PUBLISHED: The 4-inch-wide, 3.5-inch-tall ostracon, or
inscribed potsherd, shown contains the oldest complete extra-Biblical
mention of the House (or Temple) of Yahweh ever found. The 8 Hebrew
letters are read right to left. Lamed, Bayit, Yod, Tau La-Bayit = The
House Biblical Archaeology Review, Nov./Dec. 1997, Vol. 23, No. 6, p. 30
(p. 28-32) -
Menurut Rabbi Moses ben Maimon (maimonides) tercatat dalam Talmud
pada waktu sebelum penghancuran(titus pada tahun 70 M) bait suci yang di
renovasi oleh Herodes. Bait suci tidak dibangun ditengah (dilokasi Dome
Of The Rock) [Encyclopedia Judaica CD, "Temple Mount"]
Bahwa Lokasi bait suci memang tidak tepat ditengah-tengah bait suci
tetapi jauh dari dinding sebelah selatan dibandingkan dengan jarak ke
dinding yang lain [Mishnah, Middot 2:1] ini menjelaskan bahwa lokasi
tepatnya bait suci adalah sebelah utara dari Dome of the Rock dan
Sebelah barat dari Gerbang timur yang ada sekarang
“Sejak dibangun Salomo, Bait suci berdiri di posisi paling tinggi dari lokasi bait sucinya.
Area yang kosong setelah situs Islam Dome Of The Rock, hanya lokasi
ini yang bisa dibangun yang kita lihat dari gerbang timur dan dari bukit
Zaitun, yang menunjukan lokasi yang tepat untuk membangun bait suci
Allah.
Ada perkataan menarik dalam kitab Yehezkiel tentang Gerbang ini:
Yehezkiel 44:1
Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu gerbang luar dari tempat kudus, yang menghadap ke timur; gerbang ini tertutup.
Pintu Gerbang timur merupakan Pintu gerbang penting di Yerusalem, dan
hanya lewat sini untuk masuk ke kota Yerusalem dari timur. Pintu gerbang
Timur merupakan Pintu Gerbang yang tertua dan tidak dibangun kembali
oleh penguasa Islam Sulaiman Agung pada tahun 1539-1542. Sulaiman
mengerti dari injil Bahwa Mesias akan datang kembali melintasi Gerbang
ini ketika dia kembali ke bumi jadi Pintu Gerbang bagian Timur ditutup oleh penguasa islam tersebut pada tahun 810. Ini berarti, mendekati 1200 tahun.
Injil mengatakan, ketika Yesus datang, Turun dari Surga (wahyu 19)
dan Turun menginjakkan kakinya diatas Bukit Zaitun, tempat yang sama
ketika Dia terangkat ke Sorga.
Kis 1:11
………. “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke
langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan
datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke
sorga.”
Zakharia 14:4
Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di
depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua
dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar;
setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke
selatan.
700 Tahun sebelum Yesus lahir, Nabi Allah Maleakhi mengatakan ketika Yesus datang, Dia akan menuju bait Allah dan segera.
Maleakhi 3:1
Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di
hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke
bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia
datang, firman TUHAN semesta alam.
Ini adalah kedatangan Yesus pertana kali, ketika dia memasuki Bait
suci pada saat masih bayi, dan malaekhi mengatakan bahwa ia akan datang
kembali, seperti yang di katakan Maleakhi ketika Yesus datang kedua kali
Mat 24:27
Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan
cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak
Manusia.
Sekali ketika Yesus datang, Dia akan turun di bukit Zaitun dan berjalanmenuju Pintu Gerbang timur.
Zakharia 14:1-4
14:1Sesungguhnya, akan datang hari yang ditetapkan TUHAN, maka jarahan
yang dirampas dari padamu akan dibagi-bagi di tengah-tengahmu.
14:2Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem; kota
itu akan direbut, rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan
akan ditiduri. Setengah dari penduduk kota itu harus pergi ke dalam
pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan
dari kota itu.
14:3Kemudian TUHAN akan maju berperang melawan bangsa-bangsa itu seperti Ia berperang pada hari pertempuran.
14:4Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak
di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua
dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar;
setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke
selatan.
Ketika kaki Yesus menyentuh Bukit Zaitun, akan terjadi Gempa buni
yang dahsyat, sehingga bukit Zaitun terbelah menjadi Dua…Perbukaan bumi
bergetar dan patah dengan pergerekan konstan, dan itu kita sebut sebagai
gempa bumi. Dua lempeng bumi yang berbeda bergerak sehingga menimbulkan
patahan akibat gesekan sehingga terjadi Gempa bumi.
Sungai Jordan dan Lembah Jordan tetap Eksis sebab patahan atau gempa
tektonik terjadi di sekitar laut Merah, melalui seluruh tanah Israel
dibawah sungai jordan
Peta berikut menunjukan garis hitam sebagai perbatasan antra lempeng
bumi atau Plate bumi di sekitar Israel dan Arab Saudi. Garis bulat Merah
adalah lokasi Bukit Zaitun
Ketika Yesus naik Ke sorga, adalah dari bukit Zaitun:
Kis 1:9-12
1:9Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
1:10Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
1:11dan berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu
berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga
meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti
kamu melihat Dia naik ke sorga.”
1:12Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut
Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem.
Dengan kata lain, bukit Zaitun adalah tempat Yesus meninggalkan Dunia dan mungkin juga tempat ketika Dia kembali ke Dunia.
Wahyu 11:1-2
Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.Tetapi
kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau
mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”
Yerusalem akan dikuasai selama 42 bulan (3 1/2 tahun)
Pelataran sebelah luar adalah “the dome Of the Rock,
selama 3 ½ tahun masa kesusahan, bangunan baru bait Allah ke 3 akan
berdampingan dengan bangunan Islam “Dome Of the Rock”. Pada saat artkel
ini di tulis, Israel sedang mempersiapkan pembangunannya yang segera
dibangun.
Pada saat ini sekolah-sekolah Israel sedang melatih anak-anak di
“Yasheva”. Mereka di latih bagaimana mengorbankan Hewan di bait Allah
dan juga upacara lain yang tertulis dalam Injil.
Sapi Merah (Red Heifer) dibutuhkan untuk pemurniaan segala macam
perkakas didalam bait Allah yang baru nanti di Yerusalem. Baru-baru ini
telah ditemukan.jika sapi Merah telah benar-benar berwarna merah, maka
siap digunakan untuk menyucikan bait Allah.
Menurut sumber yahudi, Tidak ada sapi yang benar-benar berwarna merah
yang sudah lahir di Israel sejak Yerusalem jatuh tahun 70 M. Salah
seorang aktivis yahudi mengatakan “Kami telah menunggu 2000 tahun untuk
tanda dari tuhan, dan sekarang telah terbukti dengan lahirnya sapi
merah. ”Kelahiran sapi Merah dilihat sebagai tanda kedatangan Mesias dan
melanjutkan kembali Upacara Korban di bumi di bait Allah ke 3, ketika
dia datang kembali.
Sapi Merah telah lahir di Israel, yang hanya terjadi satu kelahiran
untuk setiap generasi. Ini adalah Mujizat. Sangat langka, Itu sudah
cukup sebab abu lembu merah ini dengan air murni sudah cukup untuk
penabisan atau pemurnian. Sejauh ini jumlah sapi atau lembu merah yang
lahir adalah sembilan. 10 lembu merah diperkirakan lahir pada akhir bait
Allah ke 3 selesai dibangun.
Sapi atau lembu merah harus berumur 3 tahun sebelum dia bisa di korbankan
Selain itu beberapakriteria yang harus di penuhi tentang lembu merah tersebut:
Lembu harus benar-benar berwarnah merah
Tidak memiliki cacat
Belum pernah digunakan untuk membajak atau dipasang alat pembajak tanah
(kalau poin ketiga, jelas sekarang membajak tanah tidak menggunakan sapi lagi bukan!)
Ini adalah Tujuan utama dari tujuh tahun masa kesukaran. awal periode 7 tahun tersebut, Tuhan akan mengirim dua saksinya seperti yang tercatat dalam wahyu 11
http://penuai.wordpress.com/2009/12/04/membangun-kembali-bait-allah-ke-3/
Sabtu, 24 November 2012
AL-QUR’AN TETAP SAMA DARIJAMAN MUHAMMAD HINGGA SEKARANG
AL-QUR’AN TETAP SAMA DARIJAMAN MUHAMMAD HINGGA SEKARANG
Sumber :
http://www.submission.org/ quran/warsh.html Are all the Arabic versions of the Quran the same ? By Said Abdo and Khalil Uthman Detroit, Michigan, USAPakar-pakar ini tidaklah menyadari akan keajaiban sebenarnya dari qur’an sehingga MEMBUAT KEBOHONGAN TENTANG NABI DAN MENGKLAIM ADANYA MUJIZAT YANG TIDAK PERNAH DILAKUKAN NABI. Salah satu PENYESATAN INFORMASI OLEH PAKAR-PAKAR INI ADALAH PERNYATAAN BAHWA QUR’AN DISELURUH DUNIA ADALAH SAMA, TIDAK ADA VARIASINYA SAMA SEKALI. INI TIDAKLAH BENAR dan tidak ada hubungannya denganjanji Allah dalam QS 15 : 9.
2. Berikut ini diberikan beberapa kutipan bahwa bahasa Al-Qur’an tidaklah sama sejak jaman nabi Muhammad SAW hingga tahun 1924 saat distandarisasi kesekian kalinya. • PADA JAMAN NABI HIDUP, AL- QUR’AN TIDAKLAH SAMA
Kutipan dari : Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an DR Subhi As Shalih Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001, mhalaman 119
Diceritakan tentang percekcokan Umar bin Khatab dengan Hisyam bin Hakim sbb : Pada suatu hari semasa Rasulullah masih hidup, aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca SURAH AL FURQAAN. Aku mendengarkan baik-baik bacaannya. Tapi tiba-tiba ia membaca BEBERAPA HURUF YANG TIDAK PERNAH DIBACAKAN RASULULLAH kepadaku sehingga
hampir saja ia kuserang ketika ia sedang shalat. Akhirnya kutunggu ia sampai mengucapkan salam. Setelah itu
kutarik bajunya. Aku bertanya kepadanya : “Siapakah yang membacakan surah itu kepadamu?”. IA MENJAWAB,
“RASULULLAH YANG MEMBACAKANNYA KEPADAKU.” nKukatakan, “Engkau berdusta! Demi Allah, RASULULLAH TIDAK MEMBACAKAN SURAH ITU KEPADAKU SEPERTI KUDENGAR DARIMU.” Hisyam bin Hakim lalu kuseret menghadap rasulullah dan aku bertanya, “Ya Rasulullah, aku mendengar orang ini membaca surah Al-Furqaan dengan huruf-huruf yang tidak engkau bacakan kepadaku ketika engkau membacakan surah Al- Furqaan kepadaku.!” Rasulullah menjawab, “Hai Umar, lepaskan dia. Hai Hisyam, bacalah.” Hisyam kemudian membaca surah Al- Furqaan sebagaimana yang
kudengar tadi. Kemudian rasulullah menanggapinya, m“Demikian surah itu diturunkan.”. Beliau melanjutkan, “Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf, karena itu BACALAH MANA YANG MUDAH DARI AL-QUR’AN.” (Sahih Bukhari VI, hal 185)
Jadi dari hadis diatas terlihat RASULULLAH MENDIKTEKAN SURAH AL-FURQAAN YANG BERBEDA kepada Umar dan Hisyam.Hal ini menandakan bahwa Al-Qur'an mditurunkan dalam 7 bahasa. Muslim biasanya berargumen bahwa perbedaan hanya sekedar perbedaan dialek. Inipun tidak tepat karena Umar dan Hisyam keduanya adalah ORANG
QURAISH dan keduanya konon adalah mereka yang MENDENGAR LANGSUNG rasulullah mendiktekan ayat-ayat Al-Qur'an
dalam dialek QURAISH.
Sumber :
Muqadimah Al-Qur’an Bab Satu, halaman 25 Tugas panitia adalah membukukan al-Qur’an, yakni menyalin dari lembaran- lembaran yang tersebut menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas ini Usman menasihatkan supaya : a. mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al- Qur’an b. kalau ada pertikaian antar mereka tentang bahasa (bacaan),
maka haruslah dituliskan dalam menurut DIALEK SUKU QUIRAISY, SEBAB AL-QUR’AN DITURUNKAN MENURUT DIALEK MEREKA Dalam penyusunan yang terjadi dalam masa khalifah Usman, bahwa Al-Qur'an ditulis secara seragam dalam dialek bahasa suku Quraisy, dengan alasan bahwa Rasulullah berasal dari suku Quraisy. Selain itu kebijakan Usman, memerintahkan kepada semua sahabat yang mempunyai mushaf Al Qur'an yang bahasanya tidak menggunakan
dialek bahasa Quraisy agar dimusnahkan. Pada awalnya Abdullah Ibn Mas'ud keberatan atas perintah Khalifah Usman,
demi persatuan umat Islam akhirnya Ibnu Mas'ud sadar dan segera membakar Mushafnya.
• SETELAH NABI MENINGGAL, AL- QUR’AN TIDAKLAH SAMA Ini sangat jelas dari alasan Usman membuat satu standar Al- Qur’an yaitu karena ADANYA PERBEDAAN AL-QUR’AN ANTARA PENGIKUT IBN MAS’UD (PRAJURIT IRAK) DAN UBAY BIN KAAB (PRAJURIT SYRIA) sebagaimana dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman
Sumber :
Muqadimah Al-Qur’an Bab Satu, halaman 25 Beliau ini ikut dalam pertempuran menaklukan Armenia dan Azerbaijan, maka selama dalam perjalanan dia pernah mendengar PERTIKAIAN KAUM MUSLIMIN TENTANG BACAAN BEBERAPA AYAT AL-
QUR’AN …….. Muslim akan berargumen perbedaan hanya dari segi dialek. Namun jelas perbedaan antara mushaf Ibn Mas’ud dan Ubay bin Kaab BUKAN PERBEDAAN DIALEK MELAINKAN PERBEDAAN ISI AL-QUR’AN.
Menurut laporan Suyuthi :
Suyuthi, al Itqan fi Ulum al Quran, vol 1 halaman 224, 226, 270-73 IBN MAS’UD MENOLAK MEMASUKKAN SURAH 1, 113 DAN 114, KARENA SURA-SURA TERSEBUT ADALAH DOA-DOA DAN MANTERA UNTUK MENGUSIR SETAN. Hal ini diperkuat dengan laporan dari al Razi, al Tabari dan
Ibn Hajar Sementara mushaf Ubay bin Kaab, mushaf Ibn Abbas, Abu Musa al Ashari dan Ali bin Abi Thalib justru ada penambahan 2 SURAH YANG UNIKNYA SEKARANG JUSTRU TIDAK ADA DI AL-QUR’AN EDISI KAIRO 1924.
Menurut laporan Suyuthi : Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 hal 227, vol 3 hal 85 Dua surah yang bernama "AL- KHAL" DAN "AL-HAFD" TELAH DITULIS DALAM MUSHAF UBAYY BIN KA'B DAN MUSHAF IBN ABBAS, SESUNGGUHNYA ALI AS MENGAJAR KEDUA SURAH TERSEBUT KEPADA ABDULLAH AL-GHAFIQI, UMAR B. KHATTTAB DAN ABU MUSA AL- ASY'ARI juga membacanya. Jadi jelas, setelah Muhammad SAW meninggal, mushaf-mushaf sahabat berbeda satu dengan lainnya.
• SETELAH DISTANDARISASI USMAN, AL-QUR’AN MASIH BERBEDA-BEDA. Mushaf yang distandarisasi oleh Usman ditulis dalam bahasa Arab yang masih sangat sederhana, dimana :
1. Tidak ada tanda baca
2. Tidak ada indikasi huruf hidup
3. Tidak ada pembeda konsonan
yang bersimbol sama (15 konsonan bisa dibaca menjadi 28 konsonan yang berbeda) Karenanya tulisan mushaf Usman
tersebut bisa dibaca dengan berbagai macam cara yang berbeda-beda. Tergantung penambahan huruf hidupnya
dan penambahan titik diakritis terhadap konsonannya. Akibatnya timbullah bermacam- macam variasi bacaan, maka lagi-
lagi harus dilakukan standarisasi pasca Usman : Dikutip dari Luthfi A dari Islamlib :
http://islamlib.com/id/page.php?
page=article&id=447
Merenungkan Sejarah Alquran Untuk mengatasi VARIAN-VARIAN BACAAN YANG SEMAKIN LIAR, pada tahun 322 H (944 M), Khalifah Abbasiyah lewat dua orang menterinya Ibn Isa dan
Ibn Muqlah, memerintahkan Ibn Mujahid (w. 324 H) melakukan penertiban. SETELAH MEMBANDING-BANDINGKAN SEMUA MUSHAF YANG ADA DI TANGANNYA, Ibn Mujahid memilih tujuh varian bacaan dari para
qurra ternama, yakni :
1. Nafi (Madinah)
2. Ibn Kathir (Mekah)
3. Ibn Amir (Syam)
4. Abu Amr (Bashrah)
5. Asim, Hamzah, dan Kisai
(ketiganya dari Kufah). Tindakannya ini berdasarkan hadis Nabi yang mengatakan bahwa “Alquran diturunkan dalam tujuh huruf.” Adanya perbedaan tulisan Al- Qur’an ini dilaporkan juga oleh
seorang ulama yaitu ibn al-Nadim di tahun 988 M.
Sumber :
Fihrist, Ibn al-Nadim, halaman 79 Dalam buku Fihrist, Ibn Al-Nadim menuliskan daftar buku-buku kuno yang membahas tentang perbedaan antar manuskrip qur’an kuno sbb : Buku Tentang Perbedaan
Manuskrip (Qur’an)
• Perbedaan Antara Manuskrip Penduduk Madina, Kufa dan Basrah menurut al Kisai
• Kalaf, Buku Tentang Perbedaan Manuskrip
• Perbedaan antara Penduduk Kufa, Basra dan Siria tentang Manuskrip, karya al Farra
• Perbedaan Antar Manuskrip, karya al Sijistani
• Al Mada’ini tentang perbedaan antar manuskrip dan pengumpulan al Qur’an
• Perbedaan Manuskrip antara Penduduk Syria, Hijaz dan Iraq, karya Ibn Amir al Yashubi
• Buku karya Muhammad ibn ‘Abd Al-Rahman al-Isbahani tentang perbedaan manuskrip Fakta dimana penambahan huruf hidup dan titik diakritis berbeda- beda antar kota MEMATAHKAN ARGUMEN BAHWA AL-QUR’AN TELAH DIHAFALKAN DENGAN SEMPURNA. Bahkan setelah dibantu dengan tulisan dasarnya, hafalan masing-masing kota ternyata berbeda-beda.
• PENULISAN ULANG DI KAIRO
1923/1924 Upaya terakhir untuk menstandarisasi Al-Qur’an dilakukan di Kairo Mesir ditahun 1923/1924. Satu catatan yang unik adalah mushaf Kairo 1924 ini TIDAK DISUSUN DARI NASKAH KUNO YANG MANAPUN, melainkan DIKLAIM mendasarkan pada murni “HAFALAN”.
Sumber :
The writing of the Quran and the timing of the mathematical miracle www.submission.org/miracle/writing.html
Hingga ditahun 1918 ketika pakar-pakar muslim, berkumpul di Kairo, Mesir dan memutuskan untuk MENULISKAN EDISI
STANDARD AL-QUR’AN UNTUK MENGHINDARKAN SEMUA KESALAHAN TULISAN DALAM EDISI AL-QUR’AN YANG SAAT ITU BEREDAR diseluruh dunia dan untuk menstandarkan penomoran surah dan ayat-ayat alQur’an. Di tahun 1924 mereka menerbitkan edisi Al-Qur’an yang kemudian menjadi standar edisi diseluruh dunia. MEREKA SEPENUHNYA MENDASARKAN PADA TRADISI LISAN AL-QUR’AN UNTUK MENGOREKSI SEMUA PERBEDAAN TULISAN DAN PENOMORAN DARI AL-QUR’AN YANG BERBEDA-BEDA. Ini sangat serius karena menjadikan seluruh TULISAN Al- Qur’an sebelum 1923/1924 adalah SALAH. Salah satu
contohnya adalah :
Sumber : http://www.understanding- islam.com/related/history.asp 5. The Extant Samarkand Codex at Tashkent
Many Muslims scholars believe that the Samarkand Codex preserved at the Tashkent Library is the one compiled by ‘Uthman (rta). A close examinatikon of the text of this mushaf has shown that it cannot be – since IT IS DIFFERENT FROM THE CODEX WE HAVE IN OUR HANDS TODAY. Banyak pakar muslim mempercayai bahwa kodek Samarkand yang disimpan di perpustakaan Tashkent adalah mushaf yang dikumpulkan oleh Usman. Pemeriksaan cermat terhadap teks mushaf ini membuktikan bahwa mushaf ini bukan mushaf asli Usman karena MUSHAF INI BERBEDA DENGAN KODEKS YANG KITA MULIKI SAAT INI.
Sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa Alquran dari halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma’nan). Kaum Muslim juga meyakini bahwa Alquran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam.
Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan sejarah penulisan Alquran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang delicate (rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik, dan rekayasa.
Alquran dalam bentuknya yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah sebuah inovasi yang usianya tak lebih dari 79 tahun. Usia ini didasarkan pada upaya pertama kali kitab suci ini dicetak dengan percetakan modern dan menggunakan standar Edisi Mesir pada tahun 1924. Sebelum itu, Alquran ditulis dalam beragam bentuk tulisan tangan (rasm) dengan teknik penandaan bacaan (diacritical marks) dan otografi yang bervariasi.
Hadirnya mesin cetak dan teknik penandaan bukan saja membuat Alquran menjadi lebih mudah dibaca dan dipelajari, tapi juga telah membakukan beragam versi Alquran yang sebelumnya beredar menjadi satu standar bacaan resmi seperti yang kita kenal sekarang.
Pencetakan Edisi Mesir itu bukanlah yang pertamakali dalam upaya standarisasi versi-versi Alquran. Sebelumnya, para khalifah dan penguasa Muslim juga turun-tangan melakukan hal yang sama, kerap didorong oleh keinginan untuk menyelesaikan konflik-konflik bacaan yang muncul akibat beragamanya versi Alquran yang beredar.
Tapi pencetakan tahun 1924 itu adalah ikhtiyar yang luar biasa, karena upaya ini merupakan yang paling berhasil dalam sejarah kodifikasi dan pembakuan Alquran sepanjang masa. Terbukti kemudian, Alquran Edisi Mesir itu merupakan versi Alquran yang paling banyak beredar dan digunakan oleh kaum Muslim.
Keberhasilan penyebarluasan Alquran Edisi Mesir tak terlepas dari unsur kekuasaan. Seperti juga pada masa-masa sebelumnya, kodifikasi dan standarisasi Alquran adalah karya institusi yang didukung oleh --dan menjadi bagian dari proyek-- penguasa politik. Alasannya sederhana, sebagai proyek amal (non-profit), publikasi dan penyebaran Alquran tak akan efektif jika tidak didukung oleh lembaga yang memiliki dana yang besar.
Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia mencetak ratusan ribu kopi Alquran sejak tahun 1970-an merupakan bagian dari proyek amal yang sekaligus juga merupakan upaya penyuksesan standarisasi kitab suci. Kendati tidak seperti Uthman bin Affan yang secara terang-terangan memerintahkan membakar seluruh versi (mushaf) Alquran yang bukan miliknya (kendati tidak benar-benar berhasil), tindakan penguasa Saudi membanjiri pasar Alquran hanya dengan satu edisi, menutupi dan perlahan-lahan menyisihkan edisi lain yang diam-diam masih beredar (khususnya di wilayah Maroko dan sekitarnya).
Agaknya, tak lama lagi, di dunia ini hanya ada satu versi Alquran, yakni versi yang kita kenal sekarang ini. Dan jika ini benar-benar terwujud (entah kapan), maka itulah pertama kali kaum Muslim (baru) boleh mendeklarasikan bahwa mereka memiliki satu Alquran yang utuh dan seragam.
Edisi Mesir adalah salah satu dari ratusan versi bacaan Alquran (qiraat) yang beredar sepanjang sejarah perkembangan kitab suci ini. Edisi itu sendiri merupakan satu versi dari tiga versi bacaan yang bertahan hingga zaman modern. Yakni masing-masing, versi Warsh dari Nafi yang banyak beredar di Madinah, versi Hafs dari Asim yang banyak beredar di Kufah, dan versi al-Duri dari Abu Amr yang banyak beredar di Basrah. Edisi Mesir adalah edisi yang menggunakan versi Hafs dari Asim.
Versi bacaan (qiraat) adalah satu jenis pembacaan Alquran. Versi ini muncul pada awal-awal sejarah Islam (abad pertama hingga ketiga) akibat dari beragamnya cara membaca dan memahami mushaf yang beredar pada masa itu. Mushaf adalah istilah lain dari Alquran, yakni himpunan atau kumpulan ayat-ayat Allah yang ditulis dan dibukukan.
Sebelum Uthman bin Affan (w. 35 H), khalifah ketiga, memerintahkan satu standarisasi Alquran yang kemudian dikenal dengan “Mushaf Uthmani,” pada masa itu telah beredar puluhan --kalau bukan ratusan-- mushaf yang dinisbatkan kepada para sahabat Nabi. Beberapa sahabat Nabi memiliki mushafnya sendiri-sendiri yang berbeda satu sama lain, baik dalam hal bacaan, susunan ayat dan surah, maupun jumlah ayat dan surah.
Ibn Mas’ud, seorang sahabat dekat Nabi, misalnya, memiliki mushaf Alquran yang tidak menyertakan surah al-Fatihah (surah pertama). Bahkan menurut Ibn Nadiem (w. 380 H), pengarang kitab al-Fihrist, mushaf Ibn Mas’ud tidak menyertakan surah 113 dan 114. Susunan surahnyapun berbeda dari Alquran yang ada sekarang. Misalnya, surah keenam bukanlah surah al-An’am, tapi surah Yunus.
Ibn Mas’ud bukanlah seorang diri yang tidak menyertakan al-Fatihah sebagai bagian dari Alqur’an. Sahabat lain yang menganggap surah “penting” itu bukan bagian dari Alquran adalah Ali bin Abi Thalib yang juga tidak memasukkan surah 13, 34, 66, dan 96. Hal ini memancing perdebatan di kalangan para ulama apakah al-Fatihah merupakan bagian dari Alquran atau ia hanya merupakan “kata pengantar” saja yang esensinya bukanlah bagian dari kitab suci.
Salah seorang ulama besar yang menganggap al-Fatihah bukan sebagai bagian dari Alquran adalah Abu Bakr al-Asamm (w. 313 H). Dia dan ulama lainnya yang mendukung pandangan ini berargumen bahwa al-Fatihah hanyalah “ungkapan liturgis” untuk memulai bacaan Alqur’an. Ini merupakan tradisi populer masyarakat Mediterania pada masa awal-awal Islam. Sebuah hadis Nabi mendukung fakta ini: “siapa saja yang tidak memulai sesuatu dengan bacaan alhamdulillah [dalam hadis lain bismillah] maka pekerjaannya menjadi sia-sia.”
Perbedaan antara mushaf Uthman dengan mushaf-mushaf lainnya bisa dilihat dari komplain Aisyah, isteri Nabi, yang dikutip oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Itqan, dalam kata-kata berikut: “pada masa Nabi, surah al-Ahzab berjumlah 200 ayat. Setelah Uthman melakukan kodifikasi, jumlahnya menjadi seperti sekarang [yakni 73 ayat].” Pandangan Aisyah juga didukung oleh Ubay bin Ka’b, sahabat Nabi yang lain, yang di dalam mushafnya ada dua surah yang tak dijumpai dalam mushaf Uthman, yakni surah al-Khal’ dan al-Hafd.
Setelah Uthman melakukan kodifikasi dan standarisasi, ia memerintahkan agar seluruh mushaf kecuali mushafnya (Mushaf Uthmani) dibakar dan dimusnahkan. Sebagian besar mushaf yang ada memang berhasil dimusnahkan, tapi sebagian lainnya selamat. Salah satunya, seperti kerap dirujuk buku-buku ‘ulum al-Qur’an, adalah mushaf Hafsah, salah seorang isteri Nabi, yang baru dimusnahkan pada masa pemerintahan Marwan ibn Hakam (w. 65 H) beberapa puluh tahun kemudian.
Sebetulnya, kendati mushaf-mushaf para sahabat itu secara fisik dibakar dan dimusnahkan, keberadaannya tidak bisa dimusnahkan dari memori mereka atau para pengikut mereka, karena Alquran pada saat itu lebih banyak dihafal ketimbang dibaca. Inilah yang menjelaskan maraknya versi bacaan yang beredar pasca-kodifikasi Uthman. Buku-buku tentang varian-varian bacaan (kitab al-masahif) yang muncul pada awal-awal abad kedua dan ketiga hijriah, adalah bukti tak terbantahkan dari masih beredarnya mushaf-mushaf klasik itu. Dari karya mereka inilah, mushaf-mushaf sahabat yang sudah dimusnahkan hidup kembali dalam bentuk fisik (teks tertulis).
Sejarah penulisan Alqur’an mencatat nama-nama Ibn Amir (w. 118 H), al-Kisai (w. 189 H), al-Baghdadi (w. 207 H); Ibn Hisyam (w. 229 H), Abi Hatim (w. 248 H), al-Asfahani (w. 253 H) dan Ibn Abi Daud (w. 316 H) sebagai pengarang-pengarang yang menghidupkan mushaf-mushaf klasik dalam karya masahif mereka (umumnya diberijudul kitab al-masahif atau ikhtilaf al-masahif). Ibn Abi Daud berhasil mengumpulkan 10 mushaf sahabat Nabi dan 11 mushaf para pengikut (tabi’in) sahabat Nabi.
Munculnya kembali mushaf-mushaf itu juga didorong oleh kenyataan bahwa mushaf Uthman yang disebarluaskan ke berbagai kota Islam tidak sepenuhnya lengkap dengan tanda baca, sehingga bagi orang yang tidak pernah mendengar bunyi sebuah kata dalam Alquran, dia harus merujuk kepada otoritas yang bisa melafalkannya. Dan tidak sedikit dari pemegang otoritas itu adalah para pewaris varian bacaan non-Uthmani.
Otoritas bacaan bukanlah satu-satunya sumber yang menyebabkan banyaknya varian bacaan. Jika otoritas tidak dijumpai, kaum Muslim pada saat itu umumnya melakukan pilihan sendiri berdasarkan kaedah bahasa dan kecenderungan pemahamannya terhadap makna sebuah teks. Dari sinilah kemudian muncul beragam bacaan yang berbeda akibat absennya titik dan harakat (scripta defectiva). Misalnya bentuk present (mudhari’) dari kata a-l-m bisa dibaca yu’allimu, tu’allimu, atau nu’allimu atau juga menjadi na’lamu, ta’lamu atau bi’ilmi.
Yang lebih musykil adalah perbedaan kosakata akibat pemahaman makna, dan bukan hanya persoalan absennya titik dan harakat. Misalnya, mushaf Ibn Mas’ud berulangkali menggunakan kata “arsyidna” ketimbang “ihdina” (keduanya berarti “tunjuki kami”) yang biasa didapati dalam mushaf Uthmani. Begitu juga, “man” sebagai ganti “alladhi” (keduanya berarti “siapa”). Daftar ini bisa diperpanjang dengan kata dan arti yang berbeda, seperti “al-talaq” menjadi “al-sarah” (Ibn Abbas), “fas’au” menjadi “famdhu” (Ibn Mas’ud), “linuhyiya”menjadi “linunsyira”(Talhah), dan sebagainya.
Untuk mengatasi varian-varian bacaan yang semakin liar, pada tahun 322 H, Khalifah Abbasiyah lewat dua orang menterinya Ibn Isa dan Ibn Muqlah, memerintahkan Ibn Mujahid (w. 324 H) melakukan penertiban. Setelah membanding-bandingkan semua mushaf yang ada di tangannya, Ibn Mujahid memilih tujuh varian bacaan dari para qurra ternama, yakni Nafi (Madinah), Ibn Kathir (Mekah), Ibn Amir (Syam), Abu Amr (Bashrah), Asim, Hamzah, dan Kisai (ketiganya dari Kufah). Tindakannya ini berdasarkan hadis Nabi yang mengatakan bahwa “Alquran diturunkan dalam tujuh huruf.”
Tapi, sebagian ulama menolak pilihan Ibn Mujahid dan menganggapnya telah semena-mena mengesampingkan varian-varian lain yang dianggap lebih sahih. Nuansa politik dan persaingan antara ulama pada saat itu memang sangat kental. Ini tercermin seperti dalam kasus Ibn Miqsam dan Ibn Shanabudh yang pandangan-pandangannya dikesampingkan Ibn Mujahid karena adanya rivalitas di antara mereka, khususnya antara Ibn Mujahid dan Ibn Shanabudh.
Bagaimanapun, reaksi ulama tidak banyak punya pengaruh. Sejarah membuktikan pandangan Ibn Mujahid yang didukung penguasa itulah yang kini diterima orang banyak (atau dengan sedikit modifikasi menjadi 10 atau 14 varian). Alquran yang ada di tangan kita sekarang adalah salah satu varian dari apa yang dipilihkan oleh Mujahid lewat tangan kekuasaan. Yakni varian bacaan Asim lewat Hafs. Sementara itu, varian-varian lain, tak tentu nasibnya. Jika beruntung, ia dapat dijumpai dalam buku-buku studi Alquran yang sirkulasi dan pengaruhnya sangat terbatas.
sumber: http://islamlib.com Kolom 17/11/2003 Merenungkan Sejarah Alquran Oleh Luthfi Assyaukanie
http://www.cordova-bookstore.com/serambi/history_of_the_arabs.htm dan disana tertulis jelas kalo isinya 1044 halaman jadi anda sedang berbohong
HISTORY OF THE ARABS | Philip K. Hitti
www.cordova-bookstore.com
Buku rujukan induk dan paling otoritatif tentang sejarah peradaban Arab dan Islam
HISTORY OF THE ARABS | Philip K. Hitti
www.cordova-bookstore.com
Buku rujukan induk dan paling otoritatif tentang sejarah peradaban Arab dan Islam
Jadi klaim muslim bahwa Al- Qur’an selalu sama tidaklah berdasar. Keseragaman teks dan isi Al-Qur’an baru dicapai setelah tahun 1924 dengan diterbitkannya KARANGAN AL- QUR’AN YANG BARU OLEH ULAMA- ULAMA MUSLIM. HASIL KARYA TAHUN 1924 INILAH YANG KEMUDIAN DIKLAIM SAMA DENGAN YANG DIBACA OLEH NABI MUHAMMAD SAW.
http://faithfreedom.frihost.net/
wiki/Halaman_Utama
Langganan:
Postingan (Atom)