Rabu, 22 Mei 2013

Rangkuman dialog


Bagian I. Tentang AlQuran sebagai tinjauan bukti sejarah.

Sejarah teks (textual history) al-Quran sangat problematis (bermasalah) krn secara hakiki, tidak ada satupun dari ortografi naskah al-Quran asli dulu yg masih ada pada hari ini (sejak ratusan tahun yang telah berlalu).
Tidak ada naskah al-Quran yg ada saat ini, yg tidak berubah. Sekalipun perubahan naskah itu alasannya demi kebaikan, namun tetap saja, wajah teks asli sudah berubah.

Manuskrip-manuskrip awal al-Quran, misalnya, tidak memiliki titik dan baris dan ditulis dgn khat Kufi yg sangat berbeda dgn tulisan yg saat ini digunakan.
Modernisasi tulisan arab gundul dan ortografi untuk melengkapi teks dgn tanda titik dan baris, sekalipun memiliki tujuan yg baik, namun telah merusak teks asli. Teks yg diterima (textus receptus) saat ini, bukan fax dari al-Quran yg pertama kali.

Namun, ia adalah teks yg merupakan hasil dari berbagai proses perubahan ketika periwayatannya berlangsung dari generasi ke generasi di dalam komunitas masyarakat. (Arthur Jeffery, The Quran as Scripture, New York: R. F. Moore: 1952).

Di bwh ini aneka ragam mushaf Quran:
- Penduduk Kufah yang menganggap mushaf ‘Abdullah ibn Mas’ud sebagai al-Quran edisi mereka (their recension of the Quran),
- Penduduk Basra dengan mushaf Abu Musa,
- Penduduk Damaskus dengan mushaf Miqdad ibn al-Aswad, dan
- Penduduk Syiria dengan mushaf Ubay.

Al-Kitab/Bible Mampu, Tetapi Al-Quran Tidak Mampu Tahan Uji, Menurut Pengakuan Tokoh-Tokoh Islam
febrina.wordpress.com
Salah satu dasar keyakinan Kristen terhadap keaslian semua teks Alkitab adalah kemampuannya tahan uji selama 2000 tahun terhadap semua

Islam mengatakan bahwa Qur'an bukan saja wahyu dari Tuhan tetapi
pengungkapan terakhir kepada umat manusia. Ini bisa dilihat dari
kata-kata "Ibu semua kitab" dalam Surah 43:2-4. Muslim bersikeras
bahwa Qur'an adalah ungkapan pernyataan Tuhan paling akhir dan setiap kata dalam Quran sama persis dengan apa kata Allah. Kitab Quran yang asli disimpan di surga. Surah 85:21-22 mengatakan, "Nay this is a glorious Qur'an, (inscribed) in a tablet preserved." Para pakar Islam oleh karena itu mengatakan bahwa surah ini merujuk pada kitab Quran yang disimpan di surga dan oleh karena itu tidak pernah diciptakan. Qur'an yang tersebar di bumi adalah identik dengan yang disimpan di surga, bahkan sampai kepada tanda titik, judul dan pembagian bab Persis sama.

Menurut tradisi Muslim, wahyu-wahyu ini diturunkan (Tanzil atau
Nazil), kepada bagian langit ketujuh yang paling bawah pada bulan
Ramadan, pada malam lailat al Qadr (Surah 17:85).

Sejak itu wahyu-wahyu diturunkan oleh Muhamad secara bertahap, sesuai kebutuhan lewat Jibril (Surah 25:32). jadi, setiap huruf bebas dari pengaruh manusia, sehingga menampakkan Qur'an sebagai suci, memiliki otoritas dan integritas.

Pernyataan-pernyataan diatas tidak pernah terbukti benar atau tidak.
Karena orang selalu enggan untuk memaparkan pertanyaan tentang Qur'an dan Muhamad karena takut mengundang reaksi negatif.

Baru sekarang, para pakar sekuler Islam ("Orientalis") menguji kembali
sumber-sumber islam ini. Dan mereka menemukan bahwa Qur'an tidak
diturunkan kepada satu orang, tetapi merupakan kumpulan atau
peng-editan oleh sekelompok orang selama beberapa abad (Rippin
1985:155; dan 1990:3,25, 60). Jadi, Qur'an yang kita baca sekarang
tidak sama dengan apa yang ada pada abad ke 7M. Kemungkinan merupakan hasil abad 8M dan 9M (Wansbrough 1977:160-163). Akibatnya, tahap pembentukan Islam, menurut mereka tidak berlansung pada masa Muhamad namun berkembang selama 200-300 tahun berikutnya (Humphreys 1991:71,83-89).

Sumber-sumber materi bagi periode inisangat sedikit.Dan diluar Qur'an, semua sumber berusia jauh setelah abad 7. Sebelum 750M kami tidak memiliki dokumen yang bisa di-verifikasi yang bisa menjelaskan periode pembentukan Islam ini (Wansbrough 1978:58-59). Tidak ada satupun materi yang eksis guna membuktikan materi tradisi Islam ini. Dokumen berikutnya hanyalah mencontek dokumen-dokumen sebelumnya, yang tidak lagi eksis (kalau memang pernah eksis) (Crone 1987:225-226; Humphreys 1991:73). Periode klasik ini (sekitar 800 AD) menggambarkan masa lalu, tetapi dari sudut pandangnya sendiri, seperti orang dewasa menulis tentang masa kecilnya yang cenderung
mengingat-ingat hal yang manis-manis saja. Sehingga kesaksian ini
bersifat tidak obyektif dan oleh karena itu tidak dapat diterima
sebagai otentik (lihat studi-studi Crone tentang problema tradisi,
khususnya mereka yang tergantung cerita-cerita penyair-penyair
setempat di Mekah....1987, pp.203-230 dan 'Slaves on Horses', 1980,
pp. 3-17).

Akibatnya, jurang pendapat antara pakar sejarah dengan Muslim semakin besar: Muslim ortodox percaya penuh bahwa wahyu Islam adalah intervensi Ilahi lewat Jibril selama periode 22 tahun (610-632 A.D.), masa yang menetapkan hukum dan tradisi yang akhirnya membentuk Islam.

Tetapi teori ini pula diragukan sejarawan sekuler karena ini
mengasumsi bahwa pada abad ke 7, Islam, sebuah agama yang terdiri dari hukum dan tradisi yang njelimet dibentuk dalam sebuah budaya nomad terbelakang dan berfungsi penuh dalam hanya 22 tahun.

Wilayah Arabia sebelumnya tidak dikenal sebagai dunia beradab. Periode ini bahkan dicap sebagai periode Jahiliyah (period keterbelakangan). Wilayah Arabia sebelum Muhamad tidak memiliki budaya maju, apalagi infrastruktur yang diperlukan untuk menciptakan keadaan yang mendukung pembentukan Islam (Rippin 1990:3-4). Jadi, bagaimana Islam diciptakan secepat dan serapih itu ? Dalam lingkungan padang pasir yang terbelakang?

Muncullah kelompok-kelompok pakar sejarah baru tentang Islam
akhir-akhir ini (seperti Dr. John Wansbrough, Michael Cook [dari SOAS,
London], Patricia Crone dari Oxford/ Cambridge, Yehuda Nevo dari
University of Jerusalem, Andrew Rippin dari Canada,dll).

Tulisan saya ini didasarkan atas studi mereka guna dapat mengerti asal
usul Qur'an. Ini merupakan materi yang perlu dihadapi para apologis
Muslim dengan serius karena kebanyakan data mereka meragukan
claim-claim para pakar Muslim tradisonal tentang Qur'an dan Muhamad.

SUMBER-SUMBER ISLAM

Semua studi tentang Quran harus dimulai dengan problema sumber-sumber primer dan sumber-sumber sekunder. Sumber-sumber primer adalah materi yang paling dekat pada peristiwa ybs. Sumber sekunder hanya menyangkut materi akhir-akhir ini, dan tergantung sumber-sumber primer. Dalam Islam, sumber-sumber primer yang kita miliki adalah 150-300 th setelah peristiwa ybs, dan oleh karena itu cukup jauh dari peristiwa tsb (Nevo 1994:108; Wansbrough 1978:119; Crone 1987:204). Oleh karena itu, sumber-sumber sekunder, tergantung dari materi lain,kebanyakan tidak lagi eksis.

Sumber-sumber pertama dan terbesar adalah "tradisi Muslim atau Islam."

Tradisi Muslim merupakan tulisan-tradisi yang disusun Muslim pada abad
ke 8-10M tentang apa yang dikatakan dan dilakukan Muhamad pada abad 7M serta komentar-komentar tentang Qur'an. Ini merupakan materi yang paling luas yang pernah kami miliki tentang masa dini Islam.
Tradisi-tradisi ini juga ditulis secara lebih mendetil, mencakup
tanggal-tanggal dan keterangan tentang apa yang terjadi. Mereka
merupakan pelengkap Qur'an.

Qur'an sendiri sulit diikuti, membingungkan pembaca karena meloncat
dari cerita yang satu ke cerita yang lain, dengan sedikit narasi latar
belakang ataupun penjelasan, Oleh karena itulah diperlukan Tradisi
karena mereka menambahkan detil-detail yang hilang. Dalam beberapa
hal, Tradisi lebih kuat ketimbang Qur'an; contoh, saat Qur'an menyebut
tentang tiga kali solat (surah 11:114; 17:78-79; 30:17-18 dan mungkin
24:5, sementara Tradisi menyebut lima kali solat, yang kemudian
diterima Muslim. (Glasse 1991:381).

Para pengarang Tradisi ini bukan penulis, tetapi pengumpul dan editor
yang mengumpulkan informasi yang disampaikan kepada mereka dan lalu mereproduksinya. Ada banyak pengumpul informasi, tetapi empat orang dianggap yang paling otoritatif oleh Muslim dan kesemuanya mengumpulkan materi mereka antara tahun 750-923 AD. (atau 120-290 tahun setelah kematian Muhamad).

Sirat Rasulullah adalah kesaksian tentang kehidupan tradisonal nabi
(termasuk pertempuran-pertempurannya). Yang paling komprehensif
ditulis oleh Ibn Ishaq (w. 765 AD), walau tidak ada satupun
manuskripnya eksis di jaman ini. Akibatnya, kita tergantung Sirat-nya
Ibn Hisham (w. 833 AD), yang katanya diambil dari Ibn Ishaq, walau,
menurut pengakuannya sendiri (menurut riset Patricia Crone) ia
menghindari topik-topik yang dianggap rawan, seperti hal-hal yang
dianggapnya keterlaluan, sajak-sajak yang tidak dicatat ditempat lain,
dan hal-hal yang tidak dapat ia percaya. (Crone 1980:6).

Hadis adalah ribuan laporan pendek atau narasi (akhbar) tentang
perkataan dan kelakuan nabi yang dikumpulkan Muslimin di abad 9-10M.
Yang paling terkenal adalah koleksi hadis al-Bukhari (w. 870 AD) dan
dianggap Muslimin sebagai yang paling otoritatif. Ta'rikh adalah sejarah atau kronologi kehidupan nabi, yang paling terkenal ditulis oleh al-Tabari (w. 923 AD) pada permulaan abad ke 10M. Tafsir adalah komentar dan exegesis tentang Qur'an, bahasa dan konteks; yang paling terkenal ditulis al-Tabari (w. 923 AD).

TANGGAL-TANGGAL TERLAMBAT

Nah, pertanyaan pertama adalah, mengapa tradisi-tradisi diatas ini
ditulis begitu terlambat ? 150-300 tahun setelah kejadian ? Kami tidak
memiliki satupun kesaksian dari masy Islam selama 150 tahun pertama,
antara invasi-invasi Arab pertama [permulaan abad ke 7] dan timbulnya
naratif-naratif sira-maghazi dari literature Islam paling dini"
[menujnu abad ke8] (Wansbrough 1978:119). Masa tidak ada sedikitpun bukti-bukti atas perkembangan tradisi kuno Arab menuju Islam selama 150 tahun itu ? Faktanya memang, kita tidak temukan apa-apa (Nevo 1994:108; Crone 1980:5.

Muslimin ada yang tidak setuju dan bersikeras bahwa ada bukti
tradisi-tradisi yang lebih dini, khususnya dari Muwatta oleh Malik ibn
Anas (lahir th 712 AD dan wafat 795 AD). Norman Calder dalam bukunya 'Studies in Early Muslim Jurisprudence' tidak setuju dengan tanggal dini itu dan mempertanyakan apakah karya-karya itu bisa diatribusikan kepada para pengarang-pengarang dini. Katanya, kebanyakan teks jaman itu merupakan "teks-teks sekolah," ditransmisikan dan dikembangkan selama beberapa generasi dan dalam bentuk yang jelas jauh lebih modern daripada jaman 'pengarang-pengarang asli.'

Setelah adanya asumsi bahwa hokum Shafi'i (yang menuntut bahwa semua hadis dicari sumbernya ke Muhamad) hanya berlaku sesudah th 820 AD, ia menyimpulkan bahwa karena Mudawwana sama sekali tidak menyinggung otoritas kenabian Muhamad (padahal Muwatta melakukannya), ini berarti bahwa Muwatta pastilah dokumen paling akhir. Akibatnya, Calder menempatkan Muwatta tidak sebelum 795 AD, tetapi setelah ditulisnya Mudawwana pada th 854 AD. Malah Calder menempatkan Muwatta bukan di abad ke 7, malah ke abad 11 di Cordoba, Spanyol (Calder 1993). Kalau memang ia benar, maka kami memang tidak memiliki bukti apapun tentang tradisi dari masa permulaan Islam.

Humphreys mengatakan, "Muslimin, kami asumsi, pastilah sangat
berhati-hati dalam mencatat prestasi spektakuler mereka, sementara
masy yang mereka jajah, mereka yang jauh lebih berpendidikan dan
beradab, pasti sulit mengerti nasib apa yang menimpa mereka."
(Humphreys 1991:69) Namun menurut Humphreys, semua yang kami temukan dari periode dini ini adalah sumber-sumber yang , "entah
terpecah-pecah (fragmented) atau mewakili perspektif yang sangat
spesifik atau bahkan eksentrik," sehingga menjadikan sulit untuk
merekonstruksi abad pertama Islam secara memadai (Humphreys 1991:69).

Pertanyaannya, oleh karena itu, dari mana para penyusun abad ke 8 dan 9M mendapatkan materi mereka?

Jawabannya ? Kita tidak tahu. "Bukti atas dokumentasi sebelum 750 AD
terdiri dari hampir seluruhnya kutipan-kutipan meragukan yang tercatat
dalam kompilasi abad berikutnya." (Humphreys 1991:80) KESIMPULAN,
tidak adanya bukti yang meyakinkan bawha Tradisi memang berbicara
secara jujur tentang kehidupan Muhamad, atau bahkan Qur'an (Schacht 1949:143-154). Kami diminta untuk percaya bahwa dokumen-dokumen ini, yang tertulis ratusan tahun dianggap akurat, walau kami tidak dibarengi dengan bukti diluar Isnad, yang tidak lebih dari daftar
nama-nama mereka yang menurunkan tradisi-tradisi ini. Bahkan Isnad tidak didukung oleh dokumen yang bisa membuktikan otentisitas mereka (Humphreys 1991:81-83)!

Muslimin membela diri dengan mengatakan bahwa tanggal-tanggal
terlambat sumber-sumber primer itu karena tradisi tulisan dalam
kawasan terisolasi itu pada jaman itu belum ada. Ini jelas omong
kosong karena tradisi menulis diatas kertas sudah dimulai jauh sebelum
abad ke 7. Kertas tulis diciptakan di abad ke empat dan digunakan
secara luas di dunia beradab setelah itu. Dinasti Persia, Umayyad,
bermarkas di Syria, daerah yang tadinya Kristen Byzantin dan BUKAN
Arab. Mereka merupakan budaya maju yang menggunakan sekretaris dalam istana-istana Kalifah, dan membuktikan bahwa penulisan manuskrip sudah dikembangkan disitu.

Dikatakan bahwa jazirah Arab (atau dikenal sebagai Hijaz) di abad ke 7
dan sebelumnya merupakan daerah perdagangan dengan karavan-karavan melewati rute-rute utara-selatan dan mungkin timur-barat. Walau bukti-bukti menunjukkan bahwa perdagangan sebagian besar bersifat local (akan didiskusikan nanti), tradisi karavan memang sudah ada. Bagaimana para pemilik karavan mencatat harga-harga dagangan mereka ? Dengan menghafal angka-angka ?

Dan akhirnya, kami harus bertanya, BAGAIMANA KAMI BISA MENDAPATKAN QURAN, KALAU TIDAK ADA ORANG SAAT ITU YANG BISA MENULIS DIATAS KERTAS?

Muslimin bersikeras bahwa eksistensi sejumlah kodifikasi Quran tidak
lama setelah wafatnya Muhamad, seperti miliknya Abdullah ibn Mas'ud,
Abu Musa, dan Ubayy b. Ka'b (Pearson 1986:406). Apa kodeks-kodeks itu kalau bukan dokumen tertulis ?

Teks Usman sendiri harus ditulis, kalau tidak tidak akan disebut TEKS!
Teknologi menulis diatas kertas sudah ada, tetapi karena alasan
tertentu, tidak ada data-data yang membuktikan adanya dokumen-dokumen sebelum 750 AD.


UMUR

Pakar Muslim juga ada yang mengatakan bahwa alasan tidak adanya
dokumen dini itu adalah karena usia tua! Bahan penulisan sumber-sumber primer itu entah rapuh karena usia atau karena manusia tidak hati-hati dalam menanganinya dan oleh karena itulah lumrah kalau mereka hancur.

Argumen ini agak aneh. The British Library memiliki ribuan dokumen
yang ditulis oleh orang-orang yang hidup tidak jauh dari jazirah Arab
dan jauh lebih dini. Yang dipertontonkan adalah manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru seperti Codex Syniaticus dan Codex Alexandrinus, keduanya ditulis di abad ke 4, atau 300-400 tahun sebelum
periode Muhamad! Kok mereka tidak rapuh karena usia?

Argumen usia tua ala Muslim ini khususnya lemah menyangkut Qur'an itu sendiri. "Teks Usman" Qur'an (kodeks final yang dianggap disusun oleh Zaid ibn Thabit, dibawah pengawasan kalif ketiga, Usman) dianggap Muslimin sebagai literature yang paling penting yang pernah ditulis. Seperti kami sebuntukan sebelumnya, menurut Surah 43:2-4, Quran adalah "ibu segala buku." Keunikannya adalah karena Quran ini adalah duplikat persis dari "tulisan-tulisan abadi" yang eksis di surga (Surah 85:22).

Tradisi Muslim mengatakanbahwa semua kodeks-kodeks dan
manuskrip-manuskrip yang bersaingan dengannya DIHANCURKAN setelah 646-650 AD. Bahkan "copy Hafsah," dari mana resensi final diambil telah DIBAKAR. Kalau teks Usman ini begitu penting, MENGAPA OH MENGAPA TIDAK DITULIS PADA KERTAS, atau bahan lain yang bisa awet sampai sekarang? kalau memang manuskrip-manuskrip dini rapuh karena usia, mengapa mereka tidak diganti dengan tulisan-tulisan pada kulit binatang, seperti dokumen-dokumen kuno lainnya yang sampai sekarang masih eksis ?

Kami tidak memiliki bukti absolute apapun tentang teks asal Qur'anic
(Schimmel 1984:4). Kami juga tidak memiliki keempat copy yang dibuat
dari resensi ini dan dikirm ke Mekah, Medinah, Basra dan Damascus
(lihat argumen Gilchrist dalam bukunya "Jam' al-Qur'an", 1989, pp.
140-154, dan juga "The Quran" tulisan Ling & Safadi, 1976, pp. 11-17).
Bahkan kalau copy-copy ini rapuh dengan usia, mana mungkin tidak ada
sedikitpun bekas-bekas fragmen yang dapat kami jadikan bahan rujukan.

Pada akhir abad ke 6, Islam meluas sampai Afrika Utara dan Spanyol dan bahkan sampai ke India. Qur'an merupakan pusat kepercayaan para penjajah Muslim itu. Nah, akalu memang begitu, pastilah ada
dokumen-dokumen ataupun manuskrip Qur'an yang masih eksis sampai hari ini.

Nyatanya, tidak ada apapun yang tersisi dari periode itu.

Perjanjian Baru milik Kristen dapat dibuktikan oleh lebih dari 5.300
manuskrip Yunani, 10.000 Latin Vulgates (Injil Latin ?) dan paling
tidak 9.300 versi dini, sehingga total manuskrip kuno Perjanjian Baru
mencapai lebih dari 24.000 manuskrip YANG MASIH EKSIS (McDowell
1990:43-55), kebanyakan ditulis antara 25 - 400 tahun setelah kematian Kristus (McDowell 1972:39-49). Tetapi ISLAM TIDAK DAPAT MENUNJUKKAN SATU MANUSKRIPpun sebelum abad ke DELAPAN ! (Lings & Safadi 1976:17; Schimmel 1984:4-6).

Kalau Kristen, kafir-jahilyah-najis-ahlul kitab-yang-melenceng-dari-jalan-yang-benar, bisa menyimpan ribuan manuskrip kuno dan semunya ditulis jauh sebelum abad ke 7, pada saat KERTAS BELUM DICIPTAKAN, sampai harus menulis pada papirus yang akhirnya juga rapuh tetapi dicatat kembali lagi secara berulang-ulang, mengapa Muslim tidak mampu menunjukkan satu manuskrip apapun dari abad
Quran dikatakan, 'diturunkan'?

Jadi, argument bahwa Quran-Quran kuno rapuh dimakan rayap adalah
alasan yang dicari-cari.


MANUSKRIP

Muslim masih ngotot juga dan mengatakan bahwa mereka toh memiliki
'resensi-resensi Usmani' ini berupa copy-copy orijinal dari abad ke 7.
Ada Muslim yang mengatakan copy-copy asli itu disimpan di Mekah, Kairo dan hamper di setiap kota kuno yang dijajah Islam.
Tapi kalau saya meminta data yang bisa membuktikan usia
manuskrip-manuskrip itu, (mengingat sekarang hal itu bisa dilakukan
dengan teknik 'carbon-dating') ternyata manuskrip-manuskrip belum
pernah diuji usianya. Memang ada dua dokumen yang bisa dipercaya dan sering dirujuk Muslim. Ini dinamakan dengan manuskrip Samarkand, yang disimpan di Perpustakaan Soviet di Tashkent, Uzbekistan (dibagian selatan mantan Uni Soviet), dan manuskrip Topkapi, yang berada Museum Topkapi di Istanbul, Turki.

Kedua dokumen ini memang tua, dan sudah banyak dianalisa secara
etimologis dan paleografis oleh para skriptologis dan ahli kaligrafi
Arab.

MANUSKRIP SAMARKAND – diambil dari 'Jam' al-Qur'an'-nya Gilchrist
1989, pp. 148-150: Manuskrip Samarkand bukan dokumen komplet. Malah, dari 114 surah yang ditemukan di Qur'an sekarang, hanya surah-surah 2 - 43 yang termasuk didalamnya. Dari surah-surah ini pun kebanyakan teks hilang. Inskripsi teks codex Samarkand ini menawarkan masalah karena tidak reguler. Ada halaman-halaman yang ditulis secara rapih dan seragam, Sementara ada yang tidak rapih dan tidak seimbang (Gilchrist 1989:139 and 154). Di beberapa halaman, teks itu sangat ekspansif, sementara di halaman-halaman lain teksnya berjejalan dan padat. Kadang, huruf Arab KAF dikecualikan dari teks, sementara ditempat lain, huruf itu tidak hanya diperluas tetapi malah merupakan huruf dominant di teks ybs. Karena kebanyakan halaman-halaman manuskrip begitu berbeda satu sama
lain, asumsinya adalah bahwa manuskrip Samarkand tsb merupakan
kumpulan teks dari manuskrip-manuskrip yang berbeda (Gilchrist
1989:150).

Bahkan dalam satu teks bisa ditemukan iluminasi artistic antara sesame
surah, biasanya dalam bentuk barisan kotak-kotak berwarna dan 151
medali merah, hijau, biru dan oranye. Iluminasi ini menunjukkan kepada
para skriptologis bahwa kodex itu berasal dari abad ke SEMBILAN,
karena hiasan-hiasan macam itu sudah pasti bukan praktek manuskrip
jaman Usman abad ke 7 yang kemudian dibagi-bagikannya ke
provinsi-provinsi Islam (Lings & Safadi 1976:17-20; Gilchrist
1989:151).

MANUSKRIP TOPKAPI

Manuskrip ini berada di Istanbul, Turki dan juga ditulis pada papyrus
dan tidak memiliki vokalisasi (see Gilchrist, 1989, pp.151-153).
Seperti manuskrip Samarkand, manuskrip Turki ini dihiasi
ornamen-ornamen medali yang menunjukkan jaman yang lebih maju, yaitu BUKAN ABAD 7 (Lings & Safadi 1976:17-20). Muslim juga mengatakan bahwa ini pasti juga salah satu dari copy-copy
orijinal, kalau bukan memang yang asli yang dikumpulkan Zaid ibn
Thabit pada abad ke 7. Tetapi tidak sulit membandingkannya dengan
codex Samarkand codex dan anda akan melihat bahwa tidak mugnkin
keduanya berasal dari jaman Usman. Misalnya, codex Topkapi memiliki 18 garis per halaman sementara codex Samarkand hanya memiliki setengah, antara 8 - 12 garis per –garis halaman; codex Istanbul ditulis dalam bahasa formal, kata-kata dan garisg ditulis secara seragam, sementara teks codex Samarkand sering amburadul dan ter-distorsi. Sulit dipercaya bahwa kedua manuskrip ini ditulis oleh jawatan yang sama.


ANALISA MANUSKRIP:

Para pakar menggunakan 3 tes untuk menentukan usia manuskrip. Mereka menguji usia kertas manuskrip itu dengan menggunakan proses kimiawi seperti 'carbon-14 dating'. Penentuan usia antara +/-20 tahun sangat dimungkinkan. Tapi orang enggan menggunakan cara ini karena jumlah materi yang harus dihancurkan untuk proses ini (antara 1 - 3 gram) bisa menghancurkan manuskrip tsb. Jadi digunakanlah bentukcarbon-14 dating yang lebih canggih yang dikenal dengan nama AMS (Accelerator Mass Spectometry) yang hanya memerlukan 0.5 - 1.0 mg. materi untuk diuji (Vanderkam 1994: 17). Namun sampai sekarangpun, manuskrip-manuskrip Islam itu tidak pernah diuji dengan metode yang canggih ini.

Para pakar juga akan mempelajari tinta mansukrip dan dapat menentukan daerah asalnya atau apakah tulisannya telah dihapus atau ditulis diatasnya secara berulang kali. Tetapi akses pada manuskrip itu terutama dihalangi oleh para pejabat
yang sangat takut untuk menyerahkannya kepada riset mendetil.

Jadi terpaksa para pakar hanya bisa menganalisa gaya tulisannya,
apakah manuskrip itu memang kuno atau dari jaman yang lebih modern.
Bidang studi ini dinamakan dengan Paleografi. Gaya-gaya penulisan
berubah dengan jaman. Perubahan ini biasanya seragam karena manuskrip selalu ditulis oleh kaligrafis professional. Dan mereka selalu
mengikuti aturan yang sudah ditetapkan, dengan hanya modifikasi secara bertahap (Vanderkam 1994:16). Dengan mempelajari tulisan tangan yang tanggalnya sudah diketahui dan melihat perkembangan mereka, seorang paleografer bisa membandingkan mereka dengan teks-teks yang tidak ada tanggalnya dan menentukan asal periode mereka.

Pengujian paleografis terhdp kedua manuskrip Samarkand dan Topkapi
mencapai kesimpulan yang sangat interesan tentang tanggal asal mereka. Bukti inilah merupakan argument yang paling kuat bahwa kedua manuskrip BUKAN berasal dari jaman Usman ataupun eksis di abad ke tujuh.

HURUF KUFI

Apa yang tidak disadari kebanyakan Muslim adalah bahwa kedua manuskrip ini ditulis dengan huruf Kufi, huruf yang menurut pakar Quran modern seperti Martin Lings dan Yasin Hamid Safadi, tidak muncul sebelum abad ke 8 (setelah th 790), dan sama sekali tidak digunakan di Mekah dan Medinah di abad ke 7 (Lings & Safadi 1976:12-13,17; Gilchrist 1989:145-146; 152-153).

Alasannya sangat mudah. Huruf Kufi, yang dikenal dengan nama al-Khatt al-Kufi, berasal dari kota KUFA di IRAK (Lings & Safadi 1976:17). … Kota Kufa itu dulunya merupakan kota Sassanid atau Persia sebelum masa pendudukan Arab (637 - 8 AD). Jadi, walaupun bahasa Arab dikenal disana, bahasa itu tidak mungkin bahasa dominan, apalagi huruf dominan, kecuali pada masa berikutnya.

Fakta menunjukkan bahwa huruf Kufi disempurnakan pada akhir abad 8
(sampai 150 tahun setelah kematian Muhamad) dan setelah itu digunakan secara luas diseluruh kawasan wilayah jajahan Muslim (Lings & Safadi 1976:12,17; Gilchrist 1989:145-146). Ini masuk akal karena sejak 750 AD, kerajaan Abbasid menguasai Islam, dan karena latar belakang Persia mereka, bermarkas di Kufa dan Bagdad. Oleh karena itu mereka ingin agar huruf mereka mendominasi. Karena mereka sendiri dulunya didominasi Umayyad (yang bermarkas di Damascus) selama 100 tahun, kini bisa dimengerti bagaimana huruf Arab yang berasal dari kawasan pengaruh mereka, seperti huruf Kufi, berkembang kedalam apa yang kita temukan dalam kedua manuskrip ini.


Faktor lain yang menunjuk pada usia jauh setelah abad ke 7 adalah melihat pada format penulisannya. Gaya huruf Kufi yang ber-elongasi (panjang), mereka menggunakan lembaran yang lebih lebar ketimbang tinggi. Ini dikenal sebagai the 'landscape format', format yang dipinjam dari dokumen-dokumen Kristen Syria dan Iraq dari abad ke 8 dan 9. Format manuskrip Arab lebih dini semuanya ditulis dalam format 'tegak.' (terima kasih kepada Dr. Hugh Goodacre dari the Oriental and India Office Collections, yang menunjuk saya pada fakta ini bagi debat South Bank).

Olah karena itu, kedua manuskrip Topkapi dan Samarkand, karena mereka ditulis dalam huruf Kufi dan menggunakan 'landscape format,' tidak mungkin ditulis 150 tahun sebelum dikumpulkannya Resensi Usman; paling dini adalah tahun 700-an atau permulaan 800-an (Gilchrist 1989:144-147).

SKRIP-SKRIP MA'IL dan MASHQ

Jadi, apa huruf yang digunakan di jazirah Hijaz (Arab) pada saat itu ?
Kami tahu bahwa ada huruf Arab yang paling dini yang kebanyakan Muslim tidak menyadari. Ini merupakan huruf al-Ma'il Script, yang dikembangkan di Hijaz, khususnya di Mekah dan Medinah, dan huruf Mashq, juga dikembangkan di Medinah (Lings & Safadi 1976:11; Gilchrist 1989:144-145). Hururf al-Ma'il digunakan pada abad 7 dan mudah diidentifikasi, karena ditulis agak miring (lihat contoh pada halaman 16 dari buku Gilchrist, Jam' al-Qur'an, 1989). Malah, kata al-Ma'il berarti "miring." Huruf ini bertahan selama dua abad sebelum ditinggalkan.

Hururf Mashq juda dimulai pada abad ke 7, tetapi terus digunakan
berabad-abad kemudian. Bentuknya lebih horizontal dan ciri khasnya
adalah gayanya yang lebih bulat dan relaks (Gilchrist 1989:144).

JIka Qur'an disusun pada abad ke 7 ini, maka paling tidak Quran
ditulis dalam huruf Ma'il atau Mashq.

Anehnya, memang ada Qur'an ug ditulis dalam huruf Ma'il, dan dianggap sebagai Qur'an yang paling kuno yang kita miliki. Tetapi Quran ini tidak berada di Istanbul atau Tashkent, melainkan, ironisnya, di British Library di London (Lings & Safadi 1976:17,20; Gilchrist
1989:16,144). Ini juga dikatakan berasal dari sekitar akhir abad ke 8,
oleh Martin Lings, mantan kurator manuskrip the British Library, yang
sendirinya Muslim!

Oleh karena itu, dengan bantuan analisa huruf, kami yakin bahwa tidak
ada manuskrip Quran yang eksis di dunia ini sebelum abad ke 7
(Gilchrist 1989:147-148,153).

Hampir semua fragmen-fragmen manuskrip Quran dini tidak berasal dari
jaman lebih dini dari 100 tahun setelah kematian Muhamad. Dalam
bukunya, 'Calligraphy and Islamic Culture', Annemarie Schimmel
menggarisbawahi point ini dengan mengatakan bahwa Quran-quran yang baru-baru ini ditemukan di Sanaa, "fragmen-fragmennya berasal dari pertengahan abad ke 8." (Schimmels 1984:4)

Kedelapan Qur'an dari Sanaa ini memang misterius karena pemerintah
Yemen tidak mengijinkan orang-orang Jerman yang menemukannya untuk mengumumkan penemuan mereka ini. Mungkinkah ini untuk menyembunyikan asal jaman Quran-quran ini ? Ada yang mengatakan bahwa huruf dalam kedelapan Quran ini tidak mirip dengan Quran yang kita miliki sekarang. Kami masih menunggu perkembangan ini.

http://kesalahanquran.wordpress.com/2009/11/24/naskah-quranic-sanaa-bagian-2/

http://www.youtube.com/watch?v=iNdvsLh128Q

http://id.wikipedia.org/wiki/Manuskrip_Sana%27a

Moslem in Trouble time

http://www.youtube.com/watch?v=bZX7_nh5ni4

http://www.youtube.com/watch?v=c3Iv42wZ0TY



Bagian II. TUHAN YESUS KRISTUS DALAM ALQURAN 

KESAKSIAN AHMAD QONI' RIZQI
Di dalam perenungan saya menemukan sebuah kesimpulan, bahwa semua orang Kristen sudah menerima anugrah keselamatan. Sedangkan saya masih terus berdoa siang malam meminta-minta untuk diberi keselamatan dan mendoakan nabi Muhammad Saw beserta keluarganya supaya diberi keselamatan. Dari situ saya bertambah semangat untuk mengkaji lebih dalam pernyataan ayat-ayat Al Qur'an. Mulai dari Surat Al Faatikhah sampai surat An Nas. Dimana penekanan surat Al Faatikhah terletak pada ayat 5 dan 6, yang mana manusia diperintahkan untuk menyembah dan meminta pertolongan hanya kepada allah saja, supaya manusia diberi hidayah (petunjuk) allah ke jalan yang lurus.

"Iyyaa kana' budu wa iyya kanasta'iin Ihdinaash shiroo thol mustaqiim " "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan tunjukilah kami jalan yang lurus. "Qs. 1:5-6.

Saya teruskan membaca Al Qur'an ayat demi ayat, surat demi surat saya temukan jawabannya yang berbunyi:
"wa innahu la ilmul lisaati fala tamtarunna biha wattabi un, hadzaa shiraatum mustaqiim."
"Dan sesungguhnya ISA AL MASIH itu benar-benar memberi pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang hari kiamat itu dan ikutilah Aku. Ini lah jalan yang lurus.

Az Zukhruf 43:61
Di situ Al Qur'an menyatakan bahwa ISA AL MASIH memberi pengetahuan tentang hari kiamat. Timbul pertanyaan dalam hatiku: "Bukankah hanya allah Swt yang mengetahui tentang hari kiamat itu?" Sebab kalau menurut pernyataan Al Qur'an Surat Luqman, bahwa pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya di sisi Allah.

"Innallaha `indahu `ilmussa'ati wa yunazzilul ghoitsa... "
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan Hari Kiamat im... " Qs. Luqman 31.34
Tapi mengapa ISA AL MASIH juga mengetahui lalu siapakah sebenarnya sosok manusia yang bernama ISA AL MASIH itu ?

Untuk mengetahui lebih lanjut siapakah sebenarnya ISA AL MASIH itu, saya bolak balik membaca Al Qur'an. Lalu di saat saya membaca Surat All Imrom 3:45, disitu kutemukan jawaban yang bunyinya demikian: "idz golatil malaikatu ya maryama innalloha yubasysyiniki bi kalimatim minhus muhul masihu 'isabnu maryama wajihan fiddunya wal akhiroti wa minal muqarrobin"
"Ketika Malaikat berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan rahmat daripada-Nya namanya AL MASIH ISA Putra Maryam. Seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang yang terdekat dengan Tuhan". Qs. 3:45

Saya merasa terentak melihat pernyataan ayat di atas itu, kata hati rohani saya semakin menyadari dan memahaminya. Karena dengan jelas dan tegas ayat itu mengatakan bahwa ISA AL MASIH dalam pra keberadaan-NYA atau sebelum ada di dalam kandungan Maryam adalah Kalam atau Firman dari Allah. Kata AL MASIH artinya yang diurapi yang ditahbiskan atau yang dinobatkan, serta diikuti dengan kata Wajihaan fiiddunyaa wal akhirah, yang artinya terkemuka di dunia dan di akhirat.

Jadi seeara tersirat dan tersurat ayat itu menyatakan bahwa ISA AL MASIH itu pada hakikatnya adalah Firman ALLAH yang diurapi dengan status kedudukan terkemuka di dunia dan di akhirat.

Pertanyaannya, siapakah oknum yang punya kedudukan dan kehormatan terkemuka di dunia dan di akhirat kecuali Allah Swt. Lalu, siapakah sebenarnya ISA AL MASIH itu ? Sebab tidak ada manusia, Nabi, Rasul sampai Malaikat pun yang punya kedudukan atau kehormatan terkemuka di dunia dan di akhirat.

Saya dibuat semakin bertanya-tanya dan akhirnya saya temukan juga jawabannya dalam Surat An Nisaa 4:171 yang saya ambil pointnya saja demikian bunyinya: "Innamaal masiikhu Isabnu maryama Rasulullah wa kalimatuhu al qohaa ilaa maryama wa rukhu minhu". Artinya: Sesungguhnya AL MASIH ISA Putra Maryam itu, adalah utusan ALLAH dan kalimat-NYA yang disampaikan kepada Maryam, dan Roh dari-NYA". Qs. 4:171

Dari sini bisa saya simpulkan bahwa ayat di atas menyatakan ISA AL MASIH itu utusan ALLAH, ISA AL MASIH itu Firman ALLAH, ISA AL MASIH itu ROH ALLAH, ayat itu juga didukung Hadits Shahih Bukhari (HSB) 1496 clan Hadits Anas Bin Malik hal. 72:

ISA faa innahu Rohulullah wa kalimatuhu.
ISA itu sesungguhnya ROH ALLAH dan Kalam ALLAH.

Disamping itu saya juga membaca pernyataan Hadits Shokhih Muslim dan Hadits Shokhih Bukhori yang mengatakan:
"Wal ladzi nafsi bi yadihi layusyikanna ayyanzila fi kumubnu maryama hakamam muqsithon "
Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya telah dekat masanya Isa Anak Maryam akan turun ditangah-tengah kamu, Dia akan menjadi Hakim yang adil. "

HSM 127, HSB 1090
Kembali timbul sebuah pertanyaan lagi dalam hatiku, "Siapakah sebenarnya ISA AL MASIH itu?" Karena kalau menurut pernyataan di dalam Al Qur'an, bahwa Allah itulah Hakim yang seadil-adilnya.
"Alaysallahu bi akh khamil khakhimin " "Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya " Qs. At Tim 95:8

Walaupun semuanya itu sudah jelas, tetapi saya tetap belum mau mempercayai dan mengimani YESUS KRISTUS itu adalah TUHAN dan Juruselamat saya. Karena masalah keyakinan kepercayaan dan keimanan, tidak segampang orang membalikkan telapak tangan langsung terima dan diaminkan atau tidak semudah orang yang beli jajan di pinggir jalan langsung ditelan jadi kenyang.

Tetapi ini masalah hati nurani yang suci, maka membutuhkan pencerahan, penerangan Sang Ilahi Yang Maha Suci supaya hati nurani ini dapat mengambil suatu keputusan untuk menyatakan keberanian tentang kebenaran yang datang dari TUHAN Pencipta dan Penguasa Semesta Alam.

Maka untuk mendukung dan memperkuat semuanya itu saya langsung terus untuk mengumpulkan data-data yang bersumber dari Al Qur'an maupun Hadits yang berkaitan dengan kesaksian dan pengakuan mengenai pemyataan tentang ISA AL MASIH itu:

Dalam Al Qur'an:

1. Qs. 19 : 19 — “ Isa Al Masih seorang anak laki-laki yang suci.

2. Qs. 19:21 — “ ISA AL MASIH sebagai tanda bagi manusia dan rahmat dari Allah.

3. Qs. 3:46, 5:19, 20, 110 — “ ISA AL MASIH semasa dalam buaian dan ayunan sudah bisa berbicara dengan manusia.

4. Qs. 19:31 — “ ISA AL MASIH seorang yang diberkati Allah dimana saja berada.

5. Qs. 3:49, 5:110 — “ ISA AL MASIH, menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan penyakit sopak (lepra) dan menghidupkan orang mati.

6. Qs. 3:45 — “ ISA AL MASIH adalah Kalam Allah, terkemuka di dunia dan di akhirat.

7. Qs. 4:171 — “ ISA AL MASIH utusan Allah, Kalam Allah dan Roh Allah.

8. Qs. 21:91 — “ ISA AL MASIH dan ibunya dijadikan tanda yang besar bagi semesta alam

Dalam Hadits:

l. HSB. 1496 — “ ISA AL MASIH itu utusan Allah, Kalam Allah, Rob Allah.

2. HSB. 1090 dan HSM 127 — “ ISA AL MASIH akan turun menjadi Hakim yang adil.

3. H. Anas bin Malik hal. 72 — “ ISA AL MASIH Roh Allah dan Kalam Allah.

4. HSM Jilid I hal. 74 — “ ISA AL MASIH adalah Iman Mahdi dan Hakim yang adil.

5. H. Ibnu Majah — “ Tidak ada Imam Mahdi selain — “ ISA AL MASIH putra Maryam.

Dengan dukungan dan pernyataan beberapa ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits perasaan saya seperti disinari dengan pancaran terang kebenaran untuk terus melangkah menuju "Jalan Keselamatan".

Tetapi ada satu hal yang membuat saya berat melangkah untuk berjalan terus menuju ke puncak keputusan, yaitu masalah amal yang selama ini udah saya kumpulkan sejak dari awal dengan jerih payah ibadah yang melelahkan dan memakan kurun waktu yang cukup panjang. Sebab menurut ajaran agama Islam, apabila orang itu sudah murtad (keluar) dari agama Islam segala amal ibadahnya akan musnah terhapus. Padahal bekal untuk menuju kehidupan kekal harus disertai dengan banyak amal.

Dari sini saya kembali dihantui perasaan takut, kuatir, keraguan, kebimbangan dan ke-bingungan. Saya lantas terus kembali buka-buka Kitab Hadits dan Al Qur'an. Pada saat membuka Hadits Shohih Muslim, saya temukan jawaban persoalan amal yang sangat melegakan dan memuaskan yaitu di HSM no. 2412-2414 yang menjelaskan dengan gamblang bahwa:
" Anjaabir qaala sami 'tun nabiyya sholallahu `alaihi wa sallam yaquulu: laa yud khilu akhadan minkum `amluhul jannah, wa laa yujiiruhu minannaar. Wa laa anaa. illa birakh matin minallah " "Dari Jabir r.a. katanya dia mendengar Nabi Saw. bersabda: "Bukan amal seseorang yang memasukannya ke Surga atau melepaskannya dari neraka, termasuk juga aku, tetapi ialah semata-mata rahmat Allah Swt. belaka" HSM 2412-2414

Dan Al Qur'an pun juga menyatakan dengan jelas yaitu Qs. 44:40-42, "Inna yaumal fashli miiqaatuhum ajma'iin "
"Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya " Qs. 44:40

"Yauma laa yughnii maulan anmaulan syaian walaahum yunsharuun" "Yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan " Qs. 44:41

`Illa man rrakhimallahu innahu huwal `aziizur- rokhiim. " "Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. " Qs. 44:42

Kesimpulannya Qs. Ad Dukhaan ayat 40-42 menyatakan:
Pada hari keputusan (penghakiman, pengadilan) tak seorang pun kerabat yang bisa memberi manfaat (pertolongan) kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah.

Ternyata menurut pernyataan Qs. 19:21: Bahwa ISA AL MASIH itulah yang dijadikan tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Allah.

"Qaala kadzaliki qaala rabbuka huwa `alayya hayyinum wa linaj'alahu, ayatanllinnaasi warakhmatan minnaa; wa kana amran maqdhiyyaa. "

` Jibril berkata:: Demikianlah Tuhanmu berfirman "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. " Qs. Maryam 19.21

KESIMPULAN

Dengan demikian akhirnya saya simpulkan bahwa umat Kristen sudah dijamin dengan kepastian keselamatan, sedangkan kami setiap hari berkali-kali berdoa meminta supaya diberi keselamatan, serta berkali-kali pula setiap hari kami mendoakan nabi Muhammad Saw dan keluarganya supaya diberikan keselamatan:

Allah huma sholi `ala Muhammad wa `ala `ali Muhammad.
Ya Allah berikanlah keselamatan kepada nabi Muhammad dan keluarganya (doa Shalawat).

Karena hal itu adalah perintah Al-Qur'an bahkan Allah dan para Malaikat pun juga bershalawat untuk Nabi.

[Apa yang dikatakan] Katekismus mengenai Islam
oleh Jimmy Akin


Mengingat peristiwa 9/11, sekarang menjadi lebih penting bagi umat Katolik untuk mendapatkan gambaran yang akurat atas Islam. Sebuah titik awal [untuk mendapatkan gambaran tersebut] adalah membaca Katekismus Gereja Katolik (meskipun ini bukan titik akhir). Katekismus menyatakan, "Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat." (Katekismus 841).

Untuk mengerti ini, seseorang harus melihat konteks asli dari kutipan [yang dikutip Katekismus] tersebut (catatan: Katekismus mengutip dari Lumen Gentium paragraph 16, salah satu dokumen Konsili Vatikan II). Katekismus bukanlah dokumen yang dibuat baru-baru ini. Secara lebih luas Katekismus adalah gabungan (sintesis) dari beberapa dokumen, dan seseorang harus melihat kutipan-kutipan tersebut di sumber aslinya untuk mengerti secara penuh [arti dari] kutipan tersebut. Begitulah kasus mengenai pernyataan Katekismus mengenai moslem, yang diambil secara penuh dari Vatikan II.

Banyak yang merasa bagian pertama dari kutipan tersebut membingungkan: "Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin." Bagi banyak orang ini kedengarannya seperti Moslem bisa diselamatkan dengan mengikuti Islam. Ini bukanlah yang dimaksudkan [kutipan tersebut], seperti yang ditunjukkan dari konteks aslinya.

Jika kita melihat Lumen Gentium (LG), dokumen Vatikan II dimana kutipan tersebut berasal, menjadi jelas bahwa frase tesebut tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa Islam adalah metode keselamatan yang paralel dengan Kristianitas. Kutipan itu datang dari Lumen Gentium 16, tapi [kutipan tersebut] adalah bagian dari konteks yang lebih besar dari dokumen [Lumen Gentium]. Untuk menghargai bagaimana [kutipan tersebut] cocok dalam [konteks keseluruhan], kita perlu mundur ke belakang paling tidak sampai pada LG 13, yang mulai dengan menyatakan, "Semua orang dipanggil kepada Umat Allah yang baru."—i.e., kepada Gereja. Bagian 13 menyimpulkan dengan menyatakan, "Jadi kepada kesatuan katolik Umat Allah itulah ... semua orang dipanggil. ... Mereka termasuk kesatuan itu atau terarahkan kepadanya dengan aneka cara, baik kaum beriman katolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus, maupun semua orang tanpa kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan."

Semua orang dipanggil ke "kesatuan katolik Umat Allah"—dengan kata lain, untuk menjadi Katolik. Beberapa orang telah melakukannya (menjadi Katolik), dan karenanya LG menyatakan bahwa beberapa orang tersebut "termasuk" dalam Gereja Katolik sementara yang lain terarah kepadanya "dengan aneka cara." Mereka yang termasuk didalamnya (Gereja Katolik) adalah "kaum beriman katolik," sementara mereka yang terarah dengan berbagai cara termasuk dalam: (a) "umat lainnya yang beriman akan Kristus" (yang terarah kepada Gereja dalam satu cara) dan (b) "semua orang" (yang terarah kepada Gereja dalam satu cara berbeda lainnya).

Tiga bagian berikut dari LG (14-16) digunakan untuk menjabarkan tiga group diatas.


LG 14 berbicara mengenai umat Katolik. Paragraph 14 ini memulai dengan menyatakan: "Maka terutama kepada umat beriman katoliklah Konsili suci mengarahkan perhatiannya. Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. ... andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan."

Paragraph 14 ini sendiri menolak gagasan bahwa Islam atau agama lain sama baiknya dengan Gereja Katolik. LG 15 berpaling kepada umat Kristen non-Katolik dan menyatakan, "Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka, yang karena dibabtis mengemban nama kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman seutuhnya [yaitu, Protestant] atau tidak memelihara kesatuan persekutuan dibawah Pengganti Petrus [yaitu Orthodoks]."

Perlu dicatat bahwa kutipan tersebut tidak menyatakan bahwa para umat Kristen [non-Katolik] ini adalah bagian dari Gereja, [kutipan tersebut] hanya [menyatakan] bahwa mereka "berhubungan" kepada [Gereja Katolik] dengan banyak alasan, beberapa darinya disebut oleh [paragraph 15 itu sendiri] (Kitab Suci, iman akan Kristus, baptisan). Sementara mempertimbangkan bahwa Allah bekerja diantara mereka (para Kristen non-Katolik), LG tidak mengatakan bahwa baik-baik saja bagi mereka untuk tetap berada dalam posisi mereka: "Demikianlah Roh membangkitkan pada semua murid Kristus keinginan dan kegiatan, supaya semua saja dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus secara damai dipersatukan dalam satu kawanan dibawah satu Gembala." Dengan kata lain, rahmat Allah menuntun mereka untuk menjadi Katolik juga.

Setelah semua [pemahaman kontekstual] ini, pembaca yang perhatian akan jarang mendapat pemahaman bahwa LG menyatakan bahwa agama non-Kristen sebanding dengan Gereja, dan memang [LG] tidak pernah menyatakan demikian.

LG 16 berpaling kepada kasus umat non-Kristen, dengan menyatakan, "Akhirnya mereka yang belum menerima Injil dengan berbagai alasan diarahkan kepada Umat Allah." Bagian ini berbicara pertama-tama mengenai umat Yahudi, karena mereka lebih terarah secara dekat kepada Gereja daripada umat beragama non-Kristen lainnya. Hanya setelah [membicarakan kaum Yahudi] teks [LG 16] menyatakan, "Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; diantara mereka terdapat terutama kaum muslimin." Perhatikan bahwa subyek yang didiskusikan bukanlah semua orang yang telah selamat. Thema luas dari bagian ini adalah bagaimana berbagai orang terarah kepada Gereja Katolik, bukan berapa banyak jalan menuju keselamatan. Konsili [dalam dokumen Lumen Gentium] telah menggambarkan orang-orang yang sedikit demi sedikit semakin menjauh dari Gereja. Konsili telah menyatakan bahwa Gereja perlu untuk keselamatan. Dan setelah [pernyataan tersebut, konsili] secara jelas menempatkan theis (orang yang mengakui adanya Allah) non-Yahudi di posisi yang jauh dari Gereja, ketika kita menemukan pernyataan bahwa "rencana keselamatan juga merangkum," kita seharusnya tidak memahami pernyataan tersebut bermaksud bahwa theis non-Yahudi selamat.

Pernyataan tersebut ("rencana keselamatan juga merangkum,") berarti bahwa Allah mendambakan keselamatan mereka dan telah membuat rencana untuk keselamatan mereka—rencana dimana termasuk didalamnya adalah memberikan mereka rahmat yang menuntun mereka ke arah keselamatan dan Gereja. Tapi ini tidak berarti bahwa mereka bisa diselamatkan dengan hanya menjadi theis non-Yahudi.

Dalam kategori theis non-Yahudi, Moslem menempati tempat pertama karena mereka adalah kelompok yang paling besar [dari kumpulan kelompok theis non-Yahudi] dan mempunyai beberapa persamaan dengan Yudaisme dan Kristianitas, beberapa [kesamaan] disebutkan oleh konsili:

(1) Mereka "menyatakan bahwa mereka berpegang pada iman Abraham." Kata operatif disini adalah "menyatakan"—mereka meng-klaim bahwa mereka memegang iman Abraham. Pada kenyatannya, iman mereka adalah versi tidak sempurna dari iman yang berasal dari Abraham, tapi mereka mencoba untuk mengikuti jejak Abraham, dan konsili memberi mereka pengakuan atas itu.

(2) "Bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim." Bagi kebanyakan, pernyataan ini membingungkan. Namun ... Allah sadar dan mengetahui semua yang baik dan benar dalam penyembahan yang dihaturkan kepadaNya, bagaimana tidak sempurnanya pengetahuan sang penyembah sendiri akan Dia. Sementara Moslem, seperti umat Yahudi, tidak menerima [ajaran] Trinitas, mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Allah yang benar dan bahwa Dia itu Maha Rahim. Ini berarti bahwa mereka menghormati apa yang benar mengenai Allah tapi punya pemahaman yang terbatas mengenai Allah.


Umat Kristen mempunyai pemahaman yang lebih penuh akan Allah karena Dia telah mewahyukan lebih banyak kepada kita mengenai diriNya sendiri: secara spesifik, bahwa Dia adalah Trinitas. Ajaran ini tidak bisa dideduksikan dengan akal-budi manusia; ajaran ini hanya bisa diketahui melalui wahyu.

Kegagalan untuk menerima wahyu jaman Kristen ini (wahyu akan Trinitas) tidak menghentikan Moslem untuk menyembah Allah seperti bagimana hal tersebut juga tidak menghentikan umat Yahudi. [Kegagalan tersebut] hanya berarti bahwa mereka tahu lebih sedikit mengenai Allah dan mereka memiliki gagasan-gagasan corollary* yang salah (sebagai contoh, bahwa Yesus bukanlah Putra Allah).


* corollary - definisi dari Oxford, Advanced Learner's Dictionary:
a natural or logical consequence or result. ex: The substance is not specifically banned, and the corollary of that is that the police can not take any action against users unless some other offence is comitted.

Untuk membuat jelas bagaimana cara kerja semua ini, biarlah aku membuat satu contoh dari budaya populer: Andaikan baik kamu dan aku mengenal jutawan Bruce Wayne. Aku mungkin tahu, karena dia (Bruce Wayne) telah menyatakan/mewahyukan ke aku, bahwa dia adalah Batman. Kamu mungkin mendengar klaim ini tapi menolaknya, dan dalam kasus ini kamu mempercayai keyakinan corollary yang salah "Batman bukan Bruce Wayne." [Pemikiran kamu ini] tidak berarti bahwa kamu tidak tahu ataupun tidak berhubungan ("hubungan" dalam arti "mempunyai pengetahuan." Jadi kalau mempunyai "hubungan" berarti bukannya kita tidak tahu apa-apa sama sekali) dengan Bruce atau Batman, [ketidaktahuan kamu bahwa Bruce Wayne adalah Batman] hanya berarti bahwa kamu telah salah mengerti hubungan antar keduanya.

Dengan cara yang sama, seseorang bisa menyembah Allah dan menghormati Yesus sebagai Nabi (dan Yesus memang juga adalah Nabi) tanpa mengerti bahwa Yesus adalah Allah. Dan memang benar bahwa banyai orang di jaman Yesus sendiri berlaku seperti itu: [maksudnya] mereka tahu Yesus yang historis tapi punya pengertian yang salah akan identitasNya.


(3) Moslem mengenali bahwa Allah akan "Menghakimi manusia pada hari kiamat." Ini adalah hubungan mereka yang lain dengan iman Alkitabiah. Moslem mungkin mempunyai gagasan yang salah mengenai beberapa hal yang terjadi sebelum, sesudah atau selama persitiwa [kiamat], tapi sekedar [keyakinan bahwa Allah akan menghakimi manusia] mereka sudah meyakini secara tepat.

Tambahan unsur-unsur kebenaran yang dimiliki Moslem didaftarkan di dokumen Konsili yang lain (Nosta Aetate 3), tapi tidak satu tempatpun dimana Konsili mengindikasikan bahwa Islam—atau Yudaisme atau agama non-Kristen lain—adalah jalan keselamatan. Mungkin ada unsur-unsur kebenaran dalam agama-agama tersebut, dan Allah mungkin memberikan rahmat kepada siapapun yang Dia inginkan, agama non-Kristen bukanlah kendaraan keselamatan.

Beberapa dalam agama tersebut bisa diselamatkan, tapi bukan karena agama mereka. Ini di tekankan di dokumen Dominus Jesu (atau Dominus Iesus) yang dikeluarkan oleh Kongregasi Ajaran Iman di tahu 2000.

Menurut dokumen tersebut, "Akan berlawanan dengan iman untuk mempertimbangkan bahwa Gereja adalah satu jalan keselamatan diantara [jalan keselamatan lain] yang terdapat dalam agama-agama lain, [atau bahkan mempertimbangkan bahwa agama lain] dilihat sebagai komplemen dari Gereja atau secara substansial sama dengan Gereja" (Dominus Jesu 21).

Lebih lanjut, "Jika memang benar bahwa pengikut agama lain bisa menerima rahmat ilahi, [namun] juga pasti bahwa secara obyektif mereka (pengikut agama lain) berada dalam situasi yang sangat berkekurangan dibandingkan mereka yang didalam Gereja mendapatkan kepenuhan sarana-sarana keselamatan" (Dominus Jesus 22)

Tidak perlu diragukan lagi bahwa Gereja mengakui bahwa pengikut Islam mempunyai unsur-unsur kebenaran. Namun meskipun mungkin bagi mereka—sebagaimana semua manusia—diselamatkan bila mereka menghidupi terang yang diberikan Allah, tidaklah bisa dikatakan bahwa Islam adalah jalan keselamatan atau bahwa Moslem tidak perlu menjadi Kristen.