Alquran yg dulu TIDAK SAMA dgn Alquran sekarang
“Menghormati
iman orang-orang percaya yang tulus seharusnya tidak menyebabkan
investigasi yang dilakukan para ahli sejarah dilarang atau
dibelokkan….Seseorang harus mempertahankan hak-hak metodologi dasar
sejarah.”
- Maxime Rodhinson, 1981; p. 57
(Photo Source: Wikipedia, 2009)
Foto salah satu perkamen Sana’a Qur’an dari Gerd R Puin’s, memperlihatkan lapisan revisi yang dilakukan terhadap Quran
Seringkali
orang-orang Muslim mengatakan bahwa baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru telah dikorupsi dan diubah secara serius. Mereka
katakan, supaya sebuah Kitab Suci bisa dikatakan sebagai otoritatif,
maka ia harus dipelihara tetap tanpa perubahan sama sekali, dan menunjuk
pada Qur’an mereka sebagai kitab suci yang diwahyukan kata demi kata
dan surat demi surat kepada Muhamamad oleh Allah. Quran mengklaim,
“Tidak boleh ada perubahan dalam firman-firman Allah” (10:64), dan
”Tidak ada yang bisa merubah kata-kata (dan peraturan) Allah” (6:34).
Tetapi
betapa anehnya ‘doktrin pembatalan’ ini, dimana wahyu-wahyu yang datang
kemudian membatalkan wahyu-wahyu terdahulu, sebagaimana Quran (2:106)
menegaskan, ”Wahyu-wahyu…..Kami membatalkan/mencabut atau menyebabkan
untuk dilupakan.” Juga, sebuah Hadis (6:558) dari Sahih Bukhari
menegaskan bahwa Muhammad melupakan banyak ayat. Disamping itu, Sunaan ibn Majah (3:
1944) mencatat bahwa setelah kematian Muhammad, sejumlah wahyu dimakan
oleh seekor kambing. Bagaimana kata-kata Ilahi bisa dimakan, diubah,
dibatalkan atau dihapuskan, meskipun ada klaim dari Allah dalam Sura
10:64 dan 6:43?
Tidakkah
semua klaim-klaim dari Allah ini berkontradiksi dengan diriNya sendiri?
Tetapi ajaibnya; kenyataan ini sama sekali tidak mengganggu pemikiran
orang-orang Muslim. Barangkali, jika kita bisa menghadirkan Quran lain
yang “otentik”, dan yang berbeda dengan bentuk standar Quran yang ada
saat ini, maka Muslim akan mulai menggunakan logika mereka.
Kebenaran
yang sangat menghancurkan adalah bahwa sejumlah besar naskah-naskah
kuno, berasal dari abad pertama Hijrah ditemukan di Mesjid Agung di
Sana’a (Yaman), yang secara signifikan berbeda dengan Quran standar yang ada sekarang.
Sistem penanggalan dengan menggunakan Carbon meyakini bahwa
naskah-naskah Quran ini tidak dibuat oleh lawan-lawan keagamaan.
Disamping itu, naskah-naskah Quran ini ditemukan oleh orang-orang Muslim
sendiri, bukan oleh orang-orang kafir.
Barangkali inilah peristiwa yang paling memalukan dalam sejarah Islam yang sudah berlangsung selama 14 Abad.
Mesjid
Agung Sana’a adalah salah satu Mesjid tertua dalam sejarah Islam.
Gedung ini dibangun pada tahun 6 Hijrah ketika Muhammad mempercayakan
salah seorang dari teman-temannya untuk membangun sebuah Mesjid di
Yaman, yang diperluas dan diperbesar oleh para pemimpin Islam dari masa
ke masa.
Pada
tahun 1972, ketika berlangsung restorasi Mesjid Agung ini (hujan deras
menyebabkan dinding bagian Barat Mesjid ini rubuh), para tukang yang
bekerja dalam sebuah ruangan mahkota diantara struktur bagian dalam dan
atap bagian luar, menemukan sebuah kuburan yang menakjubkan, yang pada
saat itu, karena ketidaktahuan mereka, mereka tidak menyadari apa yang
ada di situ. Biasanya mesjid tidak mengakomodasi kuburan, dan situs ini
juga tidak berisi batu nisan, tidak ada sisa-sisa tubuh/tulang manusia
dan juga tidak ada barang-barang peninggalan dari pemakaman. Tak ada
benda lain di dalamnya kecuali perkamen tua dan dokumen-dokumen surat
yang jumlahnya sangat banyak. Juga di dalamnya ditemukan buku-buku yang
sudah rusak dan halaman-halaman teks individual dalam bahasa Arab, yang
sudah lebur menjadi satu oleh karena hujan dan kelembaban selama lebih
dari seribu tahun.
(Sumber foto: Dreibholz, 1999, p. 23)
Sejumlah fragmen-fragmen perkamen Qur’anik dalam kondisi ketika mereka ditemukan
Para
tukang yang tidak mengerti itu kemudian mengumpulkan naskah-naskah
tersebut, memasukkannya dengan sembrono ke dalam 20 karung kentang, dan
meletakkannya pada tangga di salah satu menara Mesjid, dimana
naskah-naskah itu pun kemudian dikunci di situ. Naskah-naskah itu akan
kembali dilupakan, jika bukan karena Qadhi Isma’il al-Akwa, Presiden
Otoritas Barang-Barang Antik Yaman, yang di kemudian hari menyadari
pentingnya penemuan itu. Al-Akwa mencari pertolongan dari dunia
Internasional untuk menguji dan mengawetkan fragmen-fragmen itu, sebab
tidak ada seorang pun sarjana di negaranya yang sanggup mengerjakan
penemuan yang sangat kaya seperti ini. Pada tahun 1997, ia menerima
kunjungan dari seorang sarjana Jerman non-Muslim. Orang ini lalu
membujuk pemerintah Jerman untuk mengorganisir dan menjalankan sebuah
proyek restorasi.
Segera
setelah proyek itu dimulai, menjadi jelaslah bahwa “kuburan kertas” itu
adalah sebuah tempat untuk menyimpan puluhan ribu fragmen-fragmen dari
hampir seribu naskah-naskah kuno Quran, kitab suci Muslim. Otoritas
Muslim pada masa-masa awal Islam menganjurkan agar kopian-kopian Quran
yang telah rusak disingkirkan dari peredaran dan hanya mengijinkan
edisi-edisi kitab suci yang masih baik untuk dipakai. Juga tempat yang
aman seperti itu dibutuhkan untuk melindungi kitab-kitab itu dari
kebakaran atau kehancuran jika para penyerang datang, dan di sinilah
kemudian muncul ide untuk menyimpannya di sebuah ‘kuburan’ dalam Mesjid
Agung di Sana’a, yang pada waktu itu merupakan tempat untuk mempelajari
Quran. Hal ini sudah berlangsung sejak abad pertama Hijrah.
Restorasi
naskah-naskah itu diorganisir dan diawasi oleh Gerd R. Puin dari
Saarland University, di Jerman. Puin adalah seorang spesialis terkemuka
dalam bidang kaligrafi Arabik (studi mengenai tulisan tangan indah dan
artistik), dan merupakan seorang paleografi (studi mengenai
dokumen-dokumen dan tulisan kuno) Qur’anik. Selama sepuluh tahun ia
secara ekstensif menguji fragmen-fragmen perkamen yang berharga itu.
Tahun 1985, rekannya H. C. Graf V. Bothmer bergabung dengannya.
Tes-tes
Carbon-14 menunjukkan bahwa sejumlah perkamen itu berasal dari tahun
645-690 AD. Tahun pembuatan mereka yang sebenarnya bisa jadi lebih dini
lagi, karena C-14 memperkirakan tahun kematian dari sebuah organisme
(perkamen adalah kulit binatang), dan proses itu hingga penulisan akhir
pada perkamen mencakup waktu yang tidak bisa diketahui. Tanggal
penulisan kaligrafi menunjukkan tahun 710-715 AD. Beberapa perkamen
kelihatannya berasal dari abad ke tujuh dan ke sembilan, dan karena itu
bisa disebut sebagai Qur’an tertua yang ada saat ini.
Pada
tahun 1984, Rumah Naskah (Dar al Makhtutat) didirikan di dekat Mesjid
Agung, sebagai bagian dari proyek kerjasama antara otoritas Yaman dan
Jerman. Sebuah usaha keras yang sangat besar dimulai untuk merestorasi
fragmen-fragmen Qur’anik. Antara tahun 1983 dan 1996, kira-kira 15.000
dari 40.000 halaman telah selesai direstorasi, khususnya 12.000
fragmen-fragmen pada perkamen dan naskah-naskah yang berasal dari abad
ke tujuh dan sembilan.
(Sumber Foto: Dreibholz, 1999. p. 22)
Perpustakaan Dar al-Makhtutat dimana disimpan Naskah-Naskah dan katalog yang baru ditemukan
Hingga
saat ini, hanya ada tiga kopian kuno Qur’an yang ditemukan. Yang
pertama disimpan di Perpustakaan Inggris di London, berasal dari akhir
abad ke tujuh dan dianggap sebagai yang paling tua. Tetapi naskah-naskah
Sana’a bahkan usianya lebih tua. Lebih dari itu, naskah-naskah ini
ditulis dengan huruf yang aslinya berasal dari Hijaz – wilayah Arabia
dimana Nabi Muhammad hidup, yang membuatnya tidak hanya sebagai naskah
tertua yang berhasil selamat, tetapi kopian otentik Qur’an yang paling
tua. Arabik Hijazi adalah tulisan (Mekkah atau Medinah), dan Qur’an
mula-mula ditulis dengan huruf ini. Meskipun potongan-potongan ini
berasal dari Qur’an paling awal yang pernah ada, mereka juga merupakan
palimpsests (naskah-naskah dengan tulisan asli yang telah dipakai
ulang).
Gaya
tulisan tangan yang indah dan artistik dan jarang dipakai menjadi hal
yang menarik perhatian Puin dan temannya Bothmer, tetapi hal yang lebih
mengejutkan lagi menanti mereka. Ketika naskah Qur’an ini
diperbandingkan dengan naskah Qur’an standard yang ada saat ini, kedua
orang ini menjadi terheran-heran. Teks-teks kuno yang ditemukan ini
sangat berbeda dengan naskah yang ada sekarang, dan hal ini benar-benar
mengganggu. Di sini terdapat ayat-ayat yang disusun secara tidak
konvensional, variasi-variasi tekstual yang sedikit namun signifikan,
ortografi (pengejaan) yang berbeda dan perbedaan pada pembubuhan
(dekorasi) artistik.
Hal
ini benar-benar menghantam keyakinan orang-orang Muslim ortodoks bahwa
Qur’an yang ada hari ini dapat dikatakan sebagai Firman Allah yang
“sempurna, kekal sepanjang masa dan tidak berubah.” Dengan penemuan
naskah ini berarti Qur’an telah didistorsi, dinodai, direvisi,
dimodifikasi dan dikoreksi, dan perubahan tekstual secara murni telah
terjadi selama bertahun-tahun oleh tangan-tangan manusia.
Aura
kesakralan disekeliling Kitab Suci Islam ini, yang masih utuh selama
lebih dari 14 abad lamanya, menjadi hilang dengan penemuan yang
mencengangkan ini, dan keyakinan inti dari semilyar lebih orang-orang
Muslim yang meyakini bahwa Qur’an itu kekal, firman Allah yang tidak
bisa berubah sekarang tampak jelas hanya sebagai sebuah kebohongan
besar. Bukan hanya itu; klaim Qur’anik bahwa tak ada orang yang bisa
merubah firman-firman Allah juga merupakan sebuah kepalsuan. Qur’an
seharusnya merupakan sebuah, jika kita meminjam kata-kata dari Guillaume
(1978, p. 74), yang paling suci dari semua yang suci. Ia tidak boleh
ada di bawah kitab yang lain, tetapi selalu berada di atasnya, orang tak
boleh minum atau merokok ketika kitab ini dibacakan dengan keras, dan
ia harus didengarkan di dalam keheningan. Ini adalah Kitab yang
merupakan jimat melawan penyakit dan bencana.” Orang-orang Muslim
menyebut Quran sebagai “Ibu dari semua Kitab” dan meyakini tak ada kitab
atau wahyu lainnya yang bisa diperbandingkan dengan Qur’an (Caner &
Caner, 2002. p.84). Tetapi sekarang, dengan penemuan ini, semua
keyakinan itu menjadi lenyap. Hasil akhir dari seluruh perjuangan Islam
selama empat belas abad sekarang menjadi nol besar.
Tidak
hanya itu, banyak naskah memperlihatkan tanda-tanda dimana
naskah-naskah itu menggunakan tulisan asli yang telah dipakai ulang.
Misalnya, ayat-ayat yang sangat jelas ditulis di atas ayat-ayat lain
yang sudah dihapus. Tentu saja ayat-ayat yang ada di bawah tulisan yang
ada sekarang sulit untuk dibaca secara visual, tetapi
peralatan-peralatan modern seperti fotografi ultraviolet dapat
memperlihatkan dengan jelas tulisan-tulisan itu. Dipercaya bahwa
naskah-naskah Sana’a bukan hanya satu-satunya varian, tetapi sebelum
itu, teks Qur’anik telah dimodifikasikan dan ditulis ulang pada kertas
yang sama. Hal ini berarti, klaim Allah (Sura 56: 77-78; 85:21-22) bahwa
teks asli telah disimpan di surga pada lembaran-lembaran emas, yang tak
bisa disentuh oleh siapa pun kecuali para malaikat, hanyalah sebuah
cerita dongeng.
Setelah
mempelajari dengan seksama naskah-naskah ini, Puin sampai pada
kesimpulan bahwa teks ini sesungguhnya sebuah teks yang telah
dikembangkan, dan bukannya firman Allah sebagaimana yang diwahyukan
secara menyeluruh kepada Muhammad (Warraq, 2002, p. 109). Dengan
perasaan tergetar ia berkata, ”Begitu banyak Muslim yang memiliki
keyakinan ini, bahwa segala sesuatu diantara kedua penutup Qur’an adalah
firman Allah yang tak bisa dirubah. Mereka senang mengutip karya
tekstual yang memperlihatkan bahwa Alkitab memiliki sebuah sejarah dan
bukan sesuatu yang diturunkan langsung dari langit, bahwa hingga saat
ini Qur’an berada di luar perdebatan. Satu-satunya cara untuk
meruntuhkan dinding ini adalah dengan membuktikan bahwa Qur’an pun
memiliki catatan sejarah. Fragmen-fragmen Sana’a akan membantu kita
melakukan hal ini.”
Pelajari dan Pahami Sifat Nabi Muhammad SAW Juga Al-Qurannya. kamu hanya tau dari artikel orang lain dan copas sana sini.
BalasHapusjika kamu mempelajarinya sendiri, kamu akan menemukan jawaban Utuhnya, dengan sendirinya.
Alhamdulillah wash-shalatu wassalamu ”ala rasulillah, wa ba”du
BalasHapusAl-Quran yang asli tidak ada di muka bumi, sebab yang asli adanya di Lauhil Mahfudz. Yang ada di muka bumi adalah hasil tulisan tangan manusia. Yaitu tulisan tangan para shahabat nabi Muhammad SAW yang mulia. Tangan mereka lah yang telah menulis ayat-ayat Al-Quran pertama kali di muka bumi, berdasarkan dikte yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
Sedangkan Al-Quran yang asli sudah ada jauh sebelum Allah menciptakan manusia dan alam semesta. Barulah ketika Allah SWT mengangkat nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, sebagian demi sebagian ayat itu diturunkan. Itu pun tidak diturunkan secara urut, melainkan secara acak sesuai dengan kebutuhan yang ada saat itu.
Namun pada saat diturunkan, Jibril menjelaskan kepada Rasulullah SAW bahwa potongan ayat yang baru dibawanya itu adalah urutan kesekian dari surat tertentu. Atau letaknya setelah ayat tertentu dan sebelum ayat tertentu.
Ketika Rasulullah SAW menyampaikan kembali ayat-ayat yang turun kepada beliau, para shahabat lantas mencatatnya, baik di pelepah kurma, tulang, batu atau pun media lainnya. Selain itu Rasulullah SAW juga punya seorang sektetaris pribadi yang secara khusus ditugaskan untuk mencatat setiap ayat yang turun. Seperti Zaid bin Tsabit dan lainnya.
Adapuntulisan tangan para shahabat nabi SAW itu kemudian mengalami standarisasi di zaman Khalifah Utsman bin Al-Affan. Tujuannya untuk menyamakan rasam (bentuk huruf dan tulisan), agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari. Dan tulisan-tulisan lainnya setelah standarisasi itu dikumpulkan lalu dibakar. Sebab umat Islam sudah punya satu mushaf standar yang telah dikerjakan oleh tim profesional. Mushaf standar inilah yang kemudian digandakan dan dikirim ke pusat-pusat peradanan Islam.
Hingga hari ini, di musium Topkapi Istambul Turki, masih banyak peninggalan bersejarah sejak zaman nabi dan para shahabat. Namun nilainya hanya sekedar sejarah saja, tidak lagi menjadi dasar otentitas Al-Quran. Sebab kalau hanya untuk mendapatkan sumber keotentikannya, umat Islam telah memliki sebuah metode yang ilmiyah dan sangat unik serta tidak pernah dimiliki oleh agama dan bangsa manapun. Yaitu metodologi periwayatan (sanad) yang ternyata sangat luar biasa.
Dengan adanya metodologi periwayatan sanad ini, otentifikasi sebuah naskah menjadi sangat valid. Karena bukan sekedar memastikan bahwa suatu naskah itu asli ditulis pada zaman apa, melainkan juga memastikan alur sampainya periwayatan itu sendiri. Benarkah sebuah naskah itu memang datang dari mulut nabi Muhammad SAW, ataukah hanya karangan orang-orang di sekitarnya?
Kalau hanya dengan menggunakan studi naskah klasik (filologi), kita hanya mampu membuktikan bahwa naskah tertentu ditulis pada tahun berapa, sedangkan kepastian bahwa materi naskah itu betul-betul original atau tidak, kita tidak bisa mengetahuinya.
Dan secara derajat periwayatan, ayat-ayat Al-Quran yang sampai kepada kita telah diriwayatkan dengan mutawatir, sehingga kepastian keshahihannya mutlak,jauh melebihi umumnya rata-rata hadits yang sampai kepada kita.
yang islam pasti menyangkal meskipun itu benar.
BalasHapusJangan pernah percaya kata orang, survey bukti penemuan akan membuktikanbohong atau tidak.
Silahkan, buktikan sendiri.
Benar gmn maksudnya? Kayak gitu sudah dihakimi benar, ilmu drmn cm membaca tulisan sdh mmbenarkan?, belajar bahasa al qur'an (nahwu, shorof, balgahah, siyaq, sibaq, lihaq, asbabun nuzul dstrsnx) aja gak sdh memuuskan salah, bagi yg mengerti ajaran islam sepenuhnya dlm islam qt diwajibkan diam jika tdl memiliki ilmunya, contoh berbicara cuaca hrs mengerti meteorologi, berbicara bhs pemrograman hrs mengerti al-goritma, brbicara kanker hrs mengerti onkologi, berbicara imaging hrs ngerti telematika, bgtu strsnya, sama halnya Al Qur'an, ga ngerti nahwu, shorof, dstrsnya sdh ngomong bak syaikh.. weleh2 keren banget nih org.. korban media geje.. imedia itu pusat informasi, bukan sumber kebenaran.. minimal hipotesis sblm berpendapat.. klo asal argumen semua org bisa.. semoga qt semua mendpt hidayah..
Hapusomong doang, dimana letak perbedaannya?....
BalasHapusSAYA GAK MAU TAU URUSAN AGAMA, TAPI YG SAYA LIHAT DAN DENGAR, HANYA AL QUR'AN YG BISA DIHAPAL OLEH MANUSIA SAMPAI SAAT INI, JADI KESIMPULANYA WALAUPUN AL QUR'AN SELURUH DUNIA DI BAKAR HABIS TANPA SISA, MASIH BISA DI TULIS ATAUPUN DI CETAK SESUAI DENGAN YG LAMA
BalasHapusArtikel ini bohong banget banyak yg dipelintir, klo pengen tau datang aja ke Turki dan Mesir, disana banyak sekali perkamen2 Al Qur'an yg lebih tua dr yg d sebutkan d artikel ini.. tidak ada perbedaan yg berbeda hanya cara penulisan..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWkwkwk tulisan saya yg bagian ini dihapus ama yg punya blog.. knapa harus takut klo yg anda sampaikan benar??
Hapussemoga diberikan hidayah
HapusSebelum ditulis Nabi Muhammad mengharuskan Al Qur'an d hafal, penulisan Al Qur'an terjadi setelahnya d masa kejayaan islam dimana Rasulullah masih hidup, tujuannya dihafal ya untuk menghindari hal2 seperti ini "fitnah Al Qur'an tdk asli", krn jk tdk d hafal mau Al Qur'an d musnahkan smpai benar2 musnah d muka bumi Al Qur'an ttp aja bs d tulis, klo pun penulisan salah penghafal Al Qur'an yg lainya psti bs saling mengkoreksi, krn mmng hafal, praktek2 sprti ini (trmasuk artikel anda) sdh sering trjadi sejak zaman Rasulullah, ttp sj ga mempan, prlu dketahui kata2 bukti bknlah sbuah bukti, apalg dg menyebut kata bukti d dlm artikel ini sdh d nyatakan sbg kbenaran, salah besar, anda org brpendidikan shrsnya mngerti hao2 spele sprti ini, lgian klo mmng benar knapa tdk brdebat aja dg zakir naik, yusuf estes, dstrsnya.. knapa pastor/pendeta/paus anda tdk brani?? Klo mmng ini sbuah bukti?? Sprti yg prnh dlakukan sri2 ravi sangkar (ptinggi hindhu)
BalasHapusCoba lihat di YouTube "Christian prince" menantang siapapun, tapi tdk ada yang berani, termasuk Zakir naik
HapusCoba anda cari 3 Al Quran yang berbeda zaman atau tahun yang terpaut cukup lama, maka anda akan menemukan tulisan dan isi kandungan yang sama(kalau anda bisa memahami) ini membuktikan dari dulu sampai sekarang isi dari Al Quran, sama. Karena tidak ada sedikitpun keraguan didalamnya
BalasHapusAnda punya?
HapusKalau ada perlihatkan saya
Iya ddari dulu sampai sekarang alquran sama,. sama aja penuh kebohongan dan pembodohan.
BalasHapusKESEMPURNAAN TUHAN ADALAH DIA AKAN SELALU KONSISTEN DENGAN SEMUA FIRMAN NYA. (bagi yang bisa berfikir aja ini ya.) masa alloh menurunkan ayat terus membatalkannya. Nasikh-manshuk hihihihi....
MANUSIA AJA, JIKA GA BISA KONSITEN DENGAN KATA-KATA NYA GA DIPERCAYA, apa lagi tuhan, hihihihihihi TUHAN PLIN PLAN OTAKNYA DIPANTAT TUH tuhan.
BUAT YANG BISA MIKIR NIH.... ANDA PERNAH MIKIR GA, KENAPA DARI 26 NAMA NABI KOK BANYAK YANG BERBEDA DENGAN YANG ADA DALAM TORAH?????
(kalian kalo pergi keseantero dunia, pasti nama kalian akan ditulis dengan nama kamu yang sekarang kan? NAH INI namanya alloh pandir dan pikun dia, masa menulis nama nabi dalam kitab dari "surga" katanya sampe lupa nama-nama nabinya, dia robah, menjadi dalam bahas arab.
KOCAK PINGIN KETAWA BERGULING-GULING PUNYA tuhan TAPI GOBLOG SEKALI TUHANNYA PANDIR DAN PIKUN.... KURANG SEKOLAH KALI YA.
tanya..dimanakah quran yang sudah di salin ke dalam...kulit binatang, tulanng , batu dan semacamnya.............???????
BalasHapus