Kamis, 13 Desember 2012

buku "The Closing of the Muslim Mind"

Pada awalnya komunitas Islam adalah komunitas yang eksklusif dan homogen. Namun kemudian Islam mulai meng-aneksasi keKristenan [Timur]. Dan pada tahap inilah Islam bertemu dengan budaya filosofi Yunani yang mengakar di Ke-Kristenan.

Terpesona oleh budaya Hellenistik (ie. Yunani) tersebut, Kalifah saat itu memerintahkan untuk menerjemahkan banyak tulisan Yunani ke bahasa Arab (bahkan pembelajaran St. Thomas Aquinas dan para skolastik akan Aristoteles etc berasal dari terjemahan Arab tersebut yang diterjemahkan ke bahasa Latin, bukan dari karya asli Yunani yang diterjemahkan ke Latin). Karya-karya itu disimpan dalam tempat yang disebut Baitul Hikmat (artinya Rumah Kebijaksanaan).

Budaya Hellenistik yang membuat si Kalifah terpesona adalah filosofi Yunani mengenai nalar (ratio [latin]; reason [Inggris]). Muncul-lah aliran yang disebut Mu'tazelite di kalangan Islam yang mencoba memadukan nalar/rasio dengan Islam (sebagaimana para putra-putri Gereja, terutamanya.

Namun aliran ini mendapat tantangan dari aliran lain yang lebih tradisional, yaitu aliran Ash'arites. Sebegitu antinya aliran Ash'arites dengan pikiran-pikiran Mu'tazelite sampai-sampai satu rumah yang kedapatan menyimpan buku Al-Kindi (seorang Mu'tazelite) akan dihukum bersama dengan 40 rumah yang berdekatan dengan rumah dimana buku itu ditemukan.

Aliran Ash'arite berkeyakinan bahwa Tuhan adalah "pure will." Sama sekali tidak rasional. Sesuatu itu jahat bukan karena hal tersebut intrinsically jahat, tapi karena Tuhan berkata bahwa itu jahat. Apel jatuh dari pohon bukan karena ada hukum gravitasinya Newton, tapi karena Allah yang membuatnya jatuh (jadi tidak ada hukum alam, tapi Tuhan-lah yang menyebabkannya). Untuk gampang memahami, maka bisa dikatakan bahwa yang membuat 1+2=3 adalah Allah. Kalau Allah membuat 1+2=4, maka terjadilah itu.

Nah, di jaman sekarang ini aliran terbesar Islam adalah Sunni (termasuk Indonesia), dan mayoritas Sunni menganut aliran Ash'arite. Gerakan Wahabi yang terkenal itu adalah penganut keras pemikiran Ash'arite.

Implikasi dari penolakan mayoritas Islam terhadap nalar sangat banyak sekali.

Buku Rilley bercerita tentang sejarah pertemuan Islam dengan rasionalitas (melalui filosofi Yunani dari umat Kristen di daerah kekuasaan mereka) dan bagaimana kemudian rasionalitas terkalahkan di Islam dan hal ini menimbulkan kemunduran Islam dan kesulitan, kalau tidak mau dikatakan "ketidakmungkinan," untuk berdialog dengan Islam (disatu sisi kita tidak bisa menggunakan wahyu Kristen dalam berdialog karena mereka tidak menerimanya sementara disisi lain wahyu Islam juga tidak bisa karena kita tidak menerimanya, satu-satunya sisi netral seharusnya adalah nalar/rasio, tapi ini pun tidak diterima Islam).


http://www.crisismagazine.com/2010/when-islam-abandoned-reason-a-conversation-with-robert-r-reilly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar